INILAH.COM, Jakarta - Munculnya bintang film dan sinetron Ayu Azhari dalam Pilkada 2010 di Sukabumi, Jawa Barat, dinilai sebagai fenomena bahwa partai politik tidak bisa menggerakkan mesin politiknya secara maksimal. Butuh popularitas untuk mengeruk suara.
Pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro melihat bahwa sebagai vote getter, Ayu Azhari memang potensial. Popularitasnya kuat, ditambah dengan kontroversi tentang adegan-adegan seksinya.
Tapi, tentu saja itu bukan jaminan. Sebab, kemenangan calon bupati dan calon wakil bupati dalam banyak Pilkada di Indonesia, tidak selalu ditentukan oleh popularitas.
Seperti diberitakan, Ayu Azhari maju sebagai calon Wakil Bupati Sukabumi, Jawa Barat. Dia akan berpasangan dengan salah satu tokoh lokal, yaitu Heriyanto. Keduanya sedang melamar ke PDI-P, untuk menjadikan partai itu sebagai kendaraan politik.
Siti Zuhro melihat, partai politik yang mengusung artis dalam Pilkada itu menunjukkan bahwa mereka sudah tidak mau capek. Ini akibat dari mesin parpol yang tidak berjalan sebagai mana mestinya.
''Di berbagai Pilkada, kecenderungan parpol tidak mau bekerja keras sangat kuat. Dalam pencalonan Ayu Azhari, sangat mungkin motivasi di balik pemilihan Ayu sebagai calon Bupati, karena faktor popularitas. Untuk menebus mesin parpol yang tidak efektif, diperlukan orang yang populer, dalam hal ini artis sekali lagi diangkat untuk mendapatkan suara terbanyak,"
ujarnya ketika dihubungi INILAH.COM di Jakarta, Kamis (24/12) pagi.
Siti melihat, dimunculkannya nama artis tidak serta merta menjadi jaminan pasangan itu mendapatkan suara terbanyak.
Ini bergantung kepada situasi calon pemilih di tempat tersebut. Selain itu, kedekatan emosional terhadap daerah pemilihan juga bisa mempengaruhi para calon pemilih.
"Bagi pemilih rasional, ada kecenderungan mereka tidak memilih artis," katanya.
Ketika ditanya tentang kekuatan finansial artis yang ikut Pilkada, Siti berpendapat hal itu seperti gayung bersambut. Faktor dana memang menjadi polemik di sebuah partai politik.
"Dengan dia memilih artis, parpol mendapatkan dua keuntungan sekaligus, yakni popularitas dan dana kampanye," tegasnya.
Yang menarik, tercatat bahwa Jawa Barat adalah wilayah propinsi yang paling banyak diminati oleh artis untuk maju dalam Pilkada. Ada yang menang, ada yang kalah.
Para artis yang pernah maju di Pilkada di wilayah Jawa Barat dan Banten, diantaranya adalah Marissa Haque, menjadi Cawagub Banten dan gagal, Rano Karno menjadi cawabup Tangerang dan berhasil, Dicky Chandra menjadi cawabup Garut dan menang, Dede Yusuf menjadi cawagub Jawa Barat dan menang, Komar menjadi Cawabup Kuningan dan gagal, Primus Yustisio menjadi cawabup Subang dan gagal. Terakhir adalah Ayu Azhari yang maju menjadi cawabup Sukabumi.
Ketika ditanya kenapa Jawa Barat menjadi tempat yang paling diminati para arti, Siti Zuhro tertawa.
''Justru itu saya baru dengar. Ini saya spontan saja ya. Pertama, artis memang banyak yang berasal dari Jawa Barat. Kedua, popularitas mereka sebagai putra daerah ikut mendukung. Ketiga, kedekatan geografis dengan ibukota Jakarta. dari Jakarta ke Tangerang atau wilayah di Jabar kan bisa ditempuh hanya dalam hitungan jam,'' katanya.[ims]
Notes :
Seksi atau seronok? Tergantung selera anda sih ... :)
No comments:
Post a Comment