Sumber : http://rosodaras.wordpress.com/2009/10/18/singa-podium/
Fotografer majalah Life (Amerika) berhasil mengabadikan Bung Karno yang tengah berpidato. Ekspresi Bung Karno sebagai sang singa podium, begitu menonjol, hasil bidikan seorang fotografer senior. Hampir dapat dipastikan, si fotografer tidak akan bekerja keras menanti momen-momen penting buat melempar shoot demi shoot sehingga didapat aneka gambar yang ekspresif.
Mengapa begitu mudah menangkap gambar yang eye catching dari seorang Sukarno? Karena Bung Karno memang orator yang sadar posisi, sadar bentuk, sadar ekspresi. Ia menggunakan tangan, mimik, body language, dan properti apa saja yang bisa menunjang performanya sebagai sang orator.
Anda tentu masih ingat. Ketika ia masih sekolah di HBS Surabaya, tinggal kos di rumah HOS Cokroaminoto, hampir setiap hari ia tenggelam dalam berbagai literatur kelas dunia. Setelah menyerap intisarinya, ia suarakan dalam bentuk pidato yang berapi-api. Di mana ia berpidato? Di kamarnya yang pengap, lembab tak berjendela.
Ia berpidato di hadapan cermin. Ia mengulangi kata demi kata manakala dirasa ekspresi wajahnya tidak pas denga kalimat yang dilontarkan. Begitulah Bung Karno berlatih dan berlatih. Jangan dikira, kepiawaian berpidato Bung Karno hanya gift semata. Selain bakat dan anugerah Tuhan, Bung Karno adalah manusia yang sadar dengan kelebihannya, lalu mengasahnya menjadi lebih bermakna. (roso daras)
Fotografer majalah Life (Amerika) berhasil mengabadikan Bung Karno yang tengah berpidato. Ekspresi Bung Karno sebagai sang singa podium, begitu menonjol, hasil bidikan seorang fotografer senior. Hampir dapat dipastikan, si fotografer tidak akan bekerja keras menanti momen-momen penting buat melempar shoot demi shoot sehingga didapat aneka gambar yang ekspresif.
Mengapa begitu mudah menangkap gambar yang eye catching dari seorang Sukarno? Karena Bung Karno memang orator yang sadar posisi, sadar bentuk, sadar ekspresi. Ia menggunakan tangan, mimik, body language, dan properti apa saja yang bisa menunjang performanya sebagai sang orator.
Anda tentu masih ingat. Ketika ia masih sekolah di HBS Surabaya, tinggal kos di rumah HOS Cokroaminoto, hampir setiap hari ia tenggelam dalam berbagai literatur kelas dunia. Setelah menyerap intisarinya, ia suarakan dalam bentuk pidato yang berapi-api. Di mana ia berpidato? Di kamarnya yang pengap, lembab tak berjendela.
Ia berpidato di hadapan cermin. Ia mengulangi kata demi kata manakala dirasa ekspresi wajahnya tidak pas denga kalimat yang dilontarkan. Begitulah Bung Karno berlatih dan berlatih. Jangan dikira, kepiawaian berpidato Bung Karno hanya gift semata. Selain bakat dan anugerah Tuhan, Bung Karno adalah manusia yang sadar dengan kelebihannya, lalu mengasahnya menjadi lebih bermakna. (roso daras)
No comments:
Post a Comment