Kejahatan Orde Lama

Kejahatan Orde Lama²

"Kalau orang tidak tahu sejarah, ia tidak akan faham masa kini, apalagi masa depan. Semua kesalahan yang kita lakukan selama ini terjadi kerana kita tidak tahu sejarah." Pramoedya Ananta Toer- …

Tulisan ulang karya Prof. Dr Hamka ini ialah bertujuan sebagai pendewasaan berfikir dan sebagai bagian dari pendidikan politik untuk anak bangsa. (walaupun saya belum layak disebut sebagai seorang pendidik politik) Untuk membangun sebuah masyarakat yang kritis terhadap pemerintahnya sebagai persyaratan utama untuk menuju sebuah negara yang maju. Untuk mengingatkan yang lupa, agar malapetaka yang sama tidak berulang kali terjadi, untuk nasehat agar pemimpin kita (calon pemimpin) tidak melakukan kesalahan yang sama pernah dilakukan oleh pendahulu kita. Orde Lama dan Orde Baru telah banyak menguras energi negara ini. membuat negara bagaikan seorang anak idiot yang bertahun-tahun tidak tumbuh berkembang dengan baik.

Lahirnya orde baru dilatar belakangi oleh kebencian rakyat yang mendalam terhadap kekejaman dan kezaliman yang dilakukan oleh pemerintahan Soekarno di orde lama. Tetapi pernahkan kita menyadari bahwa Soeharto dengan Orde Barunya ternyata telah mengulangi kesalahan sama yang pernah dilakukan oleh pemerintah Orde lama Soekarno? Pemimpin yang suka didewa-dewakan. Pemimpin yang tidak suka dikritik, merasa benar sendiri, menganggap diri seperti "TUHAN," tidak memerlukan musyawarah dalam memimpin, merasa super segala-galanya, berkamuflase, bodoh, pembangkang, munafik, pendengki, dan suka mendendam. Adalah penyebab utama perkara yang sama berulang kembali.

Agar orang RI tidak kehilangan tongkat dan masuk lobang yang sama untuk ketiga kalinya. Baiklah saya akan mengutip kembali pengalaman dan tulisan orang tua kita terhadap penderitaan dan kezaliman dimasa masa orde lama.

 

JAWABAN YANG JITU*

Seketika Soekarno membubarkan Konstituante, dia mengemukakan alasan bahwa dewan itu dia bubarkan, karena bertele-­tele!. Ketika kemudian di minta pertanggungan jawabnya oleh MPRS, dia sendirilah yang bertele-tele dalam jawab Pelengkap Nawaksaranya. Dengan bertele-tele dia menjawab tiga pertanyaan MPRS yang terkenal, yaitu;

Apa sebab terjadinya kekacauan politik yang menyebabkan terjadinya peristiwa  Gestapu/PKI.?

Apa sebab maka ekonomi sampai begitu hancur? dan

Apa sebab akhlak (moral) sampai begitu bobrok.?

Sudah nyata bahwa jawab yang dia berikan tidaklah memuaskan. Jawab yang tidak patut keluar dari seorang yang diserahi memegang pucuk pimpinan eksekutif dan yang selama ini setalu mendabik dada bahwa semuanya berpusat pada diriku!. Menteri-menteri hanyalah pembantuku semata!

Brigjen Nawawi Alif dari Puspen AD (Pusat Penerangan Angkatan Darat) telah menjawab pertanyaan yang berupa tantangan itu dengan sangat jitu; Bahwasanya yang bertanggung jawab atas segala usaha hendak membunuh kepala negara itu ialah Soekarno sendiri!. Adapun ABRI (TNI) dalam soal ini telah melaksanakan tanggung jawab mereka dengan sepenuhnya, sehingga segala percobaan membunuh itu dapat digagalkan, dan calon-calon pembunuh itu dapat ditangkap dan dihadapkan kemuka hakim, dan semuanya telah di hukum dengan hukuman yang setimpal. Adapun sebab-sebab terjadinya segala usaha hendak membunuh itu, menurut Birgjen Nawawi Alif tidak ada orang lain yang harus di tuntut pertanggungan jawabnya, kecuali hanyalah orang yang memangku jabatan Kepala Negara itu sendiri; Soekarno!

Bagaimana dia menjalankan politik pemerintahan sehingga berkali­-kali hendak di bunuh orang? Sedangkan hendak membunuh seekor anak ayam orang lagi merasa ngeri, apalagi membunuh seorang manusia yang menjadi kepala negaranya sendiri? Dan segala yang mencoba membunuh itu nyata bukan orang gila dan pendek akal, melainkan orang yang berpendirian. Usaha membunuh kepala negara adalah sangat berbahaya bagi pelakunya. Kalau gagal, sudah nyata dua belas peluru akan dikirim kedalam benaknya. Mereka niscaya mempertimbangkan hal itu sebelum mereka bertindak. Kemudian ternyata segala usaha jahat itu gagat; semua gagal!

Selanjutnya mereka dihadapkan kemuka hakim, seketika ditanya apakah mereka menyesal karena telah metakukan perbuatan jahat itu, sebagian besar menjawab bahwa mereka tidak menyesal. Usaha mereka dapat digagalkan oleh kewaspadaan pengawal presiden. Pengawat telah metakukan tanggung jawab dengan baik. Hakim telah menghukum mereka, masing-masing menurut beratnya kesalahan. Maka hakimpun telah melakukan tanggung jawabnya dengan baik.

Sekarang sudah sampai masanya menyelidiki siapa yang bertanggung jawab, apa sebab hal yang demikian terjadi? Dan bukan sekali dua kali? Dan yang mengerjakan itu bukan orang-orang sinting atau yang kurang beres pikirannya. Malahan ada yang dengan tenang dan senyum ketika hakim menjatuhkan vonis mati.  Pusat Penerangan Angkatan Darat telah menjawab: "Presiden sendiritah yang bertanggung jawab", dan katanya pula; "Usaha pembunuhan terhadap kepala negara adalah akibat pertentangan ideologi politik yang dipimpin oleh Bung Karno!"

Sejak pemimpin rakyat yang dahulu berjasa besar itu, bernama Soekarno di naikkan keatas singgasana kepresidenan, dari mulai langkah pertama sudah nyata bahwa dia tidak hendak melepaskan (jabatan itu) lagi. Meskipun di dalam Undang-undang Dasar 1945 telah dijelaskan bahwa jabatan presiden dan wakilnya hanya untuk 5 tahun sekali, dan setelah itu dipilih lagi gantinya.

Namun sejak Soekarno menduduki jabatan itu, maka UUD 1945 tersebut tidak pernah berjalan, karena dia dengan segala kelicikannya berusaha keras agar jabatan itu tidak lepas dari tangannya. seketika Mohammad Hatta telah metetakkan jabatan pada tahun 1956, karena rasa ksatria dan membuka jalan bagi pemilihan pimpinan negara yang baru, dengan bangganya Soekarno tidak memperdulikan sindiran halus itu, malahan kesempatan itu dipergunakannya buat memperkuat diri menjadi diktator meniru Fir'aun di zaman dahulu kala. Pemimpin yang berkepribadian dan berwibawa tidaklah disukainya. Yang disukainya ialah para penjilat yang bersedia membenarkan "segala titah patik di junjung di atas bahu patik ".

Orang-orang sebagai Mohammad Hatta, Syahrir, Mohammad Natsir, Syafruddin PraMranegara, Assad, Mohammad Roem dan lain-lain yang setaraf dengan itu, tidaklah menyenangkan hati beliau. Sebab mereka adalah menaruh pikiran yang bernilai, yang bisa membanding apa yang beliau kemukakan, lantaran bukan "yes-men" akhirnya mereka tersingkir.

Dengan melakukan politik adu domba diantara partai nasionalis dengan partai Islam; dengan mengadu domba gerakan Islam sesama Islam, dengan memuji Saifuddin Zuhri dan mencaci serta menghina Anwar Cokroaminoto, dia berhasil memecah NU dan PSII. Dengan mengadu domba Soekiman dengan Natsir dia berusaha menghancurkan Masyumi. Dengan menyanjung-nyanjung Muhammadiyah sebagai Is­lam yang revolusioner lalu mencela NU di hadapan pemimpin Muhammadiyah dan sebaliknya memuji-muji NU dan mencaci Muhammadiyah, kedua gerakan Islam yang berjasa kepada bangsa dan agama ini dapat dijadikan bermusuhan, atau berebut untuk -nengelilingi beliau menyatakan kesetiaannya.

Akhirnya setelah segala gerakan yang melawannya dapat dia patahkan, bertindaklah dia segera membubarkan parlemen dan konstituante pilihan rakyat, yang buat pemilihan seluruh wakil itu telah dihabiskan uang berjuta-juta. Dengan sekaligus kedua dewan resmi itu dia bubarkan dan dengan sekaligus pula dia angkat "wakil-­wakilnya sendiri", meskipun diantara mereka ada yang tak dikenal rakyat, tetapi memandang bahwa orang-orang inilah yang akan setia kepadanya, dengan gelar "putera terbaik" Kemudian dengan dekritnya tanggal 5 Juli 1959 dinyatakannya sendiri bahwa kita mulai sekarang kembali ke UUD 1945. Dalam konstituante sebelum dibubarkannya, pernahlah dia mengatakan bahwa satu hurufpun UUD 1945 itu tidak boleh diubah-ubah, bahkan satu titikpun.

Demi setelah dengan sebab kembali ke UUD 1945 itu, dia mendapat kekuasaan yang amat luas, sehingga menteri-menteri hanya menjadi "pembantunya" dimulainyalah dengan secara halus mempreteli UUD 1945. Usahanya yang paling mencolok ialah dengan MPRS membuat perubahan besar dalam UUD 1945, yang memutuskan untuk mengangkatnya menjadi presiden seumur hidup. Berjuta bahkan bermilyar uang dihabiskan semata-mata untuk memuja dan mendewakannya. Segala pidatonya dijadikan bahan indoktrinasi. Ajarannya harus dianggap lebih tinggi daripada ajaran Alqur'an dan Hadits bagi umat Islam dan Injil bagi orang Kristen. Di sekolah mesti diadakan pelajaran Civic (kewarganegaraan), yang menentukan kenaikan kelas dan diploma. "Resopin", "Jarek", takari", tavip dan sebagainya. Karangannya yang lama-lama dibukukan, lalu dicetak beratus ribu di negeri China (RRC) dengan kertas yang luks. Dijualkan dengan setengah paksa dan dari penerbit buku itu dia mendapat "honorarium" yang besar.

Setelah kekuasaan tertumpuk diatas dirinya, dapatlah dia berleluasa melepaskan ambisi kekuasaannya dan syahwat hawa nafsunya. Berkali-kali dia melawat keliling dunia dengan berpuluh­-puluh pengiring. Berita kemesuman laku perangainya di negeri orang yang membuat malu bangsa, meski ditutup rapat toh diketahui oleh rakyat yang kian lama kian miskin, lapar dan hina. Dia serukan "Amanat Penderitaan Rakyat", padahal dialah sumber sebenarnya daripada penderitaan rakyat.

Dia sendiri katanya yang menggali Pancasila. Pancasila yang menurutnya baik dan tidak ada orang yang membantah. Tetapi kian sehari kian nyata dimata orang banyak bahwa dialah pelanggar Pancasila yang utama. Tuhan hanya menjadi buah mulut penghias pidatonya; Allahu subhanahu wa ta'ala" kemudian "Muhammad Shallallahhu 'alaihi wassalam". Namun karena hanya jadi buah mulut, bukan dari buah hati kadang-kadang keseleo lidah menjadi "Allah Shalalahu'alaihi wassalam" dan "Muhammad subhanahu wa ta'ala ".

Di Sumatera Timur dalam tahun 1946 rakyat berontak melawan kuasa sultan-sultan yang memakai bendera kuning, sebagai lambang kerajaan. Setelah bendera kuning sultan hapus, Soekarno mulai memakai bendera kuning sebagai bendera presiden, sehingga kian nyatalah bahwa dia adalah Sri Maharaja Diraja yang memakai gelar presiden, terutama Setelah MRS diperintahkannya memutuskan dia menjadi presiden seumur hidup itu!

Kalau didalam cerita melayu Kuno, "Marakarma, atau Anggun Cik Tunggal" tersebut bahwa "Daulat Tuanku duduk bersemayam di atas singgasana kerajaan, di hadapi oleh bintara kiri bintara kanan, Hang Lekir dan Hang Lekiu atau "Si Selamat, Si Baruliah dan Si Tambhahi ", dayang-dayang, biti, perawan, kipas bersabung kiri-kanan", dahulu hanya terbaca dalam buku, sekarang kita lihat tiap hari!. Apabila dia datang ke daerah, mestilah beberapa orang petugas dikirim lebih dahulu, sebelum beliau sampai, untuk memerintahkan sediakan pagar betis, gadis-gadis berpakaian bhinneka tunggat ika, tari lenso dan tukang pijit.

APAKAH GARIS POLITIKNYA?

Apakah tujuan politik dan ideologinya? Dia bukan marxis sejati, sebab dia pernah mengatakan dia orang Islam sejati. Dia bukan muslim, sebab dia pernah mengatakan dia marxis sejati. Dan dia bukan marxis dan bukan muslim, sebab dia pernah membanggakan bahwa dia dapat tiga bintang tertinggi dari Vatikan. Dan bukanlah dia Katolik, sebab dia belum pernah di permandikan secara Katolik. Yang sebenarnya dia adalah seorang "Machiavelis Agung" yang hidup di Indonesia.

Buat menyanjungnya disediakanlah banyak badut-badut istana, sebagai Abunawas dalam dongeng Sultan Harun Al-Rasyid. Ada yang spesial buat memujanya lewat radio; "Bahwa matahari telah terbit amat indah di hari ini, dan Bung Karno kita yang tercinta telah datang; Alangkah gagahnya beliau dalam warna-warni kembang alam ". Dan ada yang disediakan melawak di muka rapat umum, buat mengatakan bahwa kalau pada tahun 571 Masehi Bung Karno sudah ada, tentu bukan Muhammad yang akan dipilih Tuhan menjadi rasul, tetapi Bung Karno kitalah! Dan ada yang mengarang buku bahwa "Bung Karno adalah putera fajar."

Mulanya dia mengharapkan dukungan massa kaum muslimin, yang tergabung dalam gerak raksasa Masyumi. Tetapi setelah Masyumi itu sendiri pecah berantakan oleh usaha tangan halusnya, dan kemudian sisa yang masih utuh dibubarkan, tidaklah diharap lagi massa umat Islam. Maka tertariklah dia kepada komunis atau PKI karena PKI yang paling pandai dan jempol mengerahkan massa buat mendengar pidatonya. Untuk bertepuk tangan menyambutnya dengan yet-yet; "Hidup Bung Karno". Kaum komunis dan antek-anteknya meramaikan rapat raksasa, rapat samudera. Tetapi PKI yang tidak bodoh telah dapat pula menungganginya untuk kepentingan mereka. Akhirnya lucut tenggelamlah dia kedalam rangkulan PKI dan tidak dapat melepaskan diri lagi. Apa kata PKI, apa pesan Mao Tse Tung dan apa instruksi Aidit, di jalankan dengan patuh!. Sedang PKI telah berbesar hati Sebab musuh-musuhnya telah dihancurkannya dengan perantaraan tangan Soekarno.

Akhirnya bertindaklah PKI hendak meruntuhkan musuhnya yang paling besar, yaitu ABRI umumnya dan Angkatan Darat khususnya. Terjadilah "Gerakan 30 September" dengan terbunuhnya 6 jenderal yang dipendam di Lubang Buaya. ABRI dan Angkatan Darat yang telah berusaha membela jiwanya dari berkali-kali percobaan pembunuhan, jenderal-jenderal yang setia kepadanya, yang menyediakan nyawa untuknya, dibunuh oleh PKI dengan sepengetahuannya, atau dengan restu yang diberikannya. Sekarang terbukalah rahasia itu semuanya. Namun dengan tidak ada rasa malu sama sekali dia memberikan apa yang dinamainya "Pelengkap Nawaksara", dan disana bertanya pula, siapa yang bertanggung jawab atas percobaan yang hendak membunuhnya? Puspen AD telah menjawab; "Saudara sendirilah yang bertanggung jawab atas segala usaha orang hendak membunuh saudara".

Sebab tujuan politiknya selama 21 tahun tidak lain ialah hendak menjadi Srimaharaja Diraja dari 1001 malam, dengan memakai komunis sebagai alas kaki, tetapi kemudian dia yang jadi alas kaki komunis. Kalau sekiranya maksud itu berhasil langsung seluruhnya dan tidak digagalkan oleh maksud rencana pihak komunis yang lebih unggul, niscaya sedianya akan keluar "fatwa" bahwa yang pantas menggantikan Paduka Yang Mulia Presiden seumur hidup, kalau beliau mangkat ialah putera beliau sendiri, untuk seumur hidup pula, tapi gelarnya tetap Presiden! Sebab putera beliaulah, tidak orang lain, yang lebih mengenal cita-cita revolusi Indonesia.

Sekarang berlalulah jaman itu dan gagallah maksud itu. Moga-­moga menjadi pengajaran buat kita selanjutnya dan anak cucu kemudian hari, bahwa diktator, despotisme dan kultus individu tidak ada tanahnya (tempat) di Indonesia ini. Sebagaimana tidak ada tanah (tempat) buat komunis. Dan syukur juga kita mendapat isi Pelengkap Nawaksara yang demikian sehingga Brigjen Nawawi Alif pembawa suara, Angkatan Darat dapat memberikan jawab yang jitu atas pertanyaan yang di kemukakannya itu. Teranglah bahwa biang keladi segala kebobrokan, sampai ada ikhtiar untuk membunuhnya telah tersingkap belaka.

Kita sekarang tengah menegakkan Orde baru, menurut keadilan dan kebenaran. Habis selesai perjuangan kita yang sekarang, akan tiba masanya kita meninjau kernbali, guna mencari keadilan dan kebenaran tentang percobaan-percobaan membunuh kepala negara itu, bahkan meninjau kembali apa sebab berkali-kali terjadi pemberontakan. Untuk menjadi pedoman bagi kepala negara kita yang akan datang, jangan sampai terperosok kepada langkah yang ditempuh Soekarno karena ambisi dan hawa-nafsu kekuasaannya. Yang telah membawa dia sendiri hancur tak dapat dibangunkan lagi.

 

*Dikutip Dari Buku "Dari Hati Ke Hati" Karya Prof. Dr Hamka

Kuala Lumpur, 10/03/09


Afriadi Sanusi

PhD Cand. Islamic Political Science

University Of Malaya

Email: adirao76@gmail.com

Blog: http://adi-rawi.blogspot.com/

1 comment:

Anonymous said...

qmejhcm gqj itbpe sexy school girls

iujey!

yhdrr tffqai dya young model

Archives