TNI Hindari Polemik Buku Sintong
JAKARTA - Tentara Nasional Indonesia menghindar dari arus polemik di antara dua pensiunan jenderal: Sintong Panjaitan dan Prabowo Subianto.
Kontroversi merebak setelah mantan Komandan Komando Pasukan Sandi Yudha ini meluncurkan buku biografinya pada Rabu lalu, yang berisi sejumlah tudingan miring kepada Prabowo.
Dalam buku berjudul Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando itu, antara lain disebutkan bahwa Prabowo berencana menculik sejumlah jenderal sebagai counter-coup atas rencana kudeta Panglima ABRI L.B. Moerdani.
"Tentara tak ingin ikut arus," ujar Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda Sagoem Tambun ketika dihubungi kemarin. Ia menambahkan, TNI tidak akan mengklarifikasi isi buku Sintong, yang menyebut-nyebut ada perwira TNI yang akan mengkudeta Presiden Soeharto pada 1983.
Diakuinya, buku itu bercerita banyak tentang beberapa anggota korpsnya. Namun, sepanjang tidak menyangkut sejarah TNI, pihaknya tak akan ikut campur. "Kebenaran sejarah adalah yang dikeluarkan oleh institusi TNI," kata Sagoem.
Dalam bukunya, Letnan Jenderal (Purnawirawan) Sintong Panjaitan menyebutkan Prabowo, yang kala itu berpangkat kapten dan menjabat Wakil Komandan Detasemen Khusus 81/Antiteror Kopassus, telah menyiapkan pasukan untuk menculik Jenderal Benny Moerdani, Letjen Soedharmono, Marsekal Madya Ginandjar Kartasasmita, dan Letjen Moerdiono.
Menurut Sagoem, setiap orang berhak menuliskan biografi dan pengalamannya. "Itu tulisan yang dikerjakan oleh satu orang dan bersifat subyektif," katanya. Ia juga menegaskan, jika yang dipaparkan merupakan bagian personal individu yang terlibat, bukan berarti institusi yang harus meluruskan.
Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Fadli Zon menuding peluncuran buku itu sebagai upaya mendiskreditkan Prabowo. "Saya kira tujuannya untuk negative campaign," katanya.
Buku itu juga dinilai sebagai strategi merusak citra partainya karena dirilis menjelang pemilihan umum. "Saya sudah tahu buku itu (akan dirilis) sebulan lalu," ujarnya. "Saya tahu siapa di belakangnya."
Ahmad Muzani, Sekretaris Jenderal Gerindra, ragu terhadap kebenaran isi buku tersebut. "Saya yakin ada motif politik untuk mengganjal Prabowo," katanya. Buku itu tidak akan terbit jika Prabowo tak maju sebagai calon presiden. "Kenapa terbit sebulan menjelang pemilu?"
Sintong telah menegaskan, peluncuran bukunya bukan untuk mencari kesalahan dan menghakimi orang lain. "Ini murni sebagai pelajaran, supaya kesalahan masa lalu tidak diulangi," katanya dalam acara peluncuran buku. YUDONO YANUAR | DIANING
No comments:
Post a Comment