Jumat, 13/03/2009 05:25 WIB
Luruskan Isu Counter Coup
Sintong dan Prabowo Perlu Debat dalam Satu Forum
Laurencius Simanjuntak - detikNews
Jakarta - Kisah yang diungkap Letjen (Purn) Sintong Panjaitan tentang isu counter coup d'etat oleh Prabowo Subianto telah mengusik capres Partai Gerindra tersebut. Untuk meluruskan hal yang dituturkan Sintong dalam bukunya 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' itu, kedua pihak harus bertemu dan berdebat dalam satu forum.
"Mereka harus dipertemukan dalam satu forum, kalau perlu berdebat. Agar ini
tidak menjadi bola liar sejarah," kata pengamat militer MT Arifin saat berbincang dengan detikcom, Kamis (12/3/2009).
Arifin juga meminta agar semua pihak yang menurut Sintong mengetahui isu counter coup itu bisa dihadirkan. "Berikut juga para ahli sejarah perlu didatangkan untuk menyelidiki pendapat-pendapat yang berbeda itu," usulnya.
Mengenai rencana Prabowo yang akan mengeluarkan buku untuk menjelaskan tuduhan Sintong, Arifin memandang hal itu perlu untuk jangka panjang. "Namun untuk jangka pendek harus dipertemukan dalam suatu forum," tegasnya.
Apakah buku ini bernuansa politis mengingat pencapresan Prabowo? "Ya itu kan
kebiasaan orang Jakarta. Penerbitan buku tidak hanya penerbitan. Tapi ada
target-target tertentu," cetus Arifin tanpa menjelaskan lebih lanjut target yang dimaksud.
Dalam bukunya 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', Sintong menjelaskan isu kup 1983 sebagai awal keretakan hubungan Asisten Intelijen Hankam Letjen TNI LB Moerdani dan Wakil Komandan Den 81/Antiteror Kapten Prabowo Subianto. Saat itu Prabowo menengarai Moerdani akan melakukan kudeta dan Prabowo akan menggagalkannya.
Cara counter coup d'etat itu adalah Prabowo berencana 'mengambil' sejumlah nama perwira tinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Menurut Sintong, di antara nama-nama perwira tinggi ABRI yang akan diambil Prabowo adalah Letjen TNI LB Moerdani, Letjen TNI Soedharmono, Marsda TNI Ginandjar Kartasasmita, dan Letjen TNI Moerdiono. (lrn/fiq)
"Mereka harus dipertemukan dalam satu forum, kalau perlu berdebat. Agar ini
tidak menjadi bola liar sejarah," kata pengamat militer MT Arifin saat berbincang dengan detikcom, Kamis (12/3/2009).
Arifin juga meminta agar semua pihak yang menurut Sintong mengetahui isu counter coup itu bisa dihadirkan. "Berikut juga para ahli sejarah perlu didatangkan untuk menyelidiki pendapat-pendapat yang berbeda itu," usulnya.
Mengenai rencana Prabowo yang akan mengeluarkan buku untuk menjelaskan tuduhan Sintong, Arifin memandang hal itu perlu untuk jangka panjang. "Namun untuk jangka pendek harus dipertemukan dalam suatu forum," tegasnya.
Apakah buku ini bernuansa politis mengingat pencapresan Prabowo? "Ya itu kan
kebiasaan orang Jakarta. Penerbitan buku tidak hanya penerbitan. Tapi ada
target-target tertentu," cetus Arifin tanpa menjelaskan lebih lanjut target yang dimaksud.
Dalam bukunya 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', Sintong menjelaskan isu kup 1983 sebagai awal keretakan hubungan Asisten Intelijen Hankam Letjen TNI LB Moerdani dan Wakil Komandan Den 81/Antiteror Kapten Prabowo Subianto. Saat itu Prabowo menengarai Moerdani akan melakukan kudeta dan Prabowo akan menggagalkannya.
Cara counter coup d'etat itu adalah Prabowo berencana 'mengambil' sejumlah nama perwira tinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Menurut Sintong, di antara nama-nama perwira tinggi ABRI yang akan diambil Prabowo adalah Letjen TNI LB Moerdani, Letjen TNI Soedharmono, Marsda TNI Ginandjar Kartasasmita, dan Letjen TNI Moerdiono. (lrn/fiq)
No comments:
Post a Comment