Seorang kontraktor yang mendapat tender menebang kayu ditepi jalan sepanjang 10 KM di Malaysia pernah mengatakan kepada saya "kayu-kayu yang sudah ditebang ditepi jalan ini telah ditawar oleh seorang pengusaha sebanyak RM 100.000" (Rp. ±500 Juta). Kalau saya katakan ok, cek (duit) akan saya terima dan dia akan datang mengambil kayu-kayu tersebut. Tetapi katanya "pemerintah tidak mengizinkan karena takut dengan suasana politik Malaysia yang "panas" saat ini, dan terpaksa kayu itu dibiarkan saja busuk ditepi jalan".
Kawan serumah saya yang bekerja dengan sebuah kontraktor pembalakan mengatakan "karena susah dan mahalnya mendapatkan izin menebang kayu di Malaysia, kami terkadang terpaksa `mencuri kayu` waktu liburan. Katanya "dengan menebang pohon kayu selama tiga hari saja, hasilnya berjuta-juta ringgit. Dan perusahaan akan membiarkan alat-alat berat seperti Buldozer, mobil dll dirampas pemerintah. Karena keuntungan yang mereka dapatkan dari hasil kayu itu jauh melebihi harga ala-alat berat tersebut.
Kayu dan hasil hutan kita yang lainnya tidak memberikan keuntungan yang berarti kepada rakyat. Para cukong dan orang jahat di negara kita menjualnya ke bos-bos Malaysia dan Singapura. Mereka menjualnya kembali kayu-katu itu ke Jepang, Korea, Belanda dengan harga mahal atas nama Malaysia dan Singapura. Kita tidak bisa menyalahkan negara tersebut sepenuhnya karena yang salah adalah lambatnya pemerintah dalam mengatasi dan mengantisipasi berlakunya penebangan hutan illegal di RI, dan juga karena adanya "kongkalingkong" tentunya
Pemilu sudah mau dekat, hutan yang mana lagi akan digadaikan atau kekayaan bumi RI yang mana lagi akan di cagarkan kepada pengusaha, agar mereka mau memberikan "modal kampanye" yang begitu banyak.
Yang menderita adalah rakyat karena global warming yang menyebabkan cuaca tidak menentu. Petani yang dulunya bercocok tanam berdasarkan musim, sekarang sudah tidak bisa lagi. Mereka kehilangan sumber air untuk mengairi sawah ladang mereka karena hutan sebagai penyimpan air telah ditebangi. Bencana alam seperti banjir, longsor, dan berbagai malapetaka lainnya akan selalu berlaku selama penebangan hutan secara brutal tidak dihentikan dan selama mafia-mafia itu tidak dimasukan ke dalam hotel gratis.
Kemanakah Hasil Hutan Yang Di Kuras Selama Ini? Dan Berapa Luaskah Hutan Kita Telah Digundulkan tanpa memberikan keuntungan kepada rakyat? Semoga Kita Menyadari Betapa Mahalnya Hasil Hutan Kita dan Semoga Kita Tidak Mau Lagi Diperbodoh oleh penguasa dan pengusaha.
Kuala Lumpur, 09/03/09,
Afriadi Sanusi
No comments:
Post a Comment