Penangkapan Diponegoro
Lukisan Karya Raden Saleh
Satu-Satunya lukisan yang menunjukkan identitas nasional Indonesia
oleh Max de Bruijn & Yulia Irma Pattopang
Raden Saleh, yang dikenal sebagai pelukis kerajaan Belanda, membuat lukisan Penangkapan Diponegoro 28 Maret 1830 sebagai reaksi dan kritiknya terhadap pemerintah kolonial Belanda atas lukisan serupa yang telah dibuat sebelumnya oleh seorang pelukis Belanda bernama N. Pieneman, berjudul Penaklukan Diponegoro.
LUKISAN PENAKLUKAN DIPONEGORO KARYA SEORANG PELUKIS BELANDA, N. PIENEMAN. DIBUAT BEBERAPA TAHUN SEBELUM RADEN SALEH MEMBUAT VERSINYA YANG MERUPAKAN KRITIKAN DAN DIBERI JUDUL PENANGKAPAN DIPONEGORO. LUKISAN RADEN SALEH TERSEBUT, DENGAN TAMPILAN YANG BAIK, SULIT SEKALI UNTUK DIDAPAT. [ SUMBER: N. PIENEMAN, RIJKSMUSEUM AMSTERDAM ]
Lukisan Penangkapan Diponegoro karya Raden Saleh sendiri rampung pada tahun 1857 ketika sang maestro berada di Indonesia. Namun lukisan ini akhirnya dihadiahkan untuk Raja Belanda, yaitu Willem III. Setelah lebih dari seratus tahun di tangan Belanda, lukisan ini akhirnya dikembalikan ke Indonesia. Ratu Juliana menghadiahkan lukisan ini kepada Indonesia pada kunjungannya di tahun 1976. Sejak itu lukisan ini berada di Istana Negara, tepatnya di Museum Istana.
Tidak banyak orang dapat melihat lukisan megah nan indah ini dan karena itu belum banyak yang tahu bahwa sebenarnya Indonesia memiliki sebuah lukisan yang mampu mewakili identitas nasionalnya yang sekaligus menjadi kekayaan sejarah, seni dan budaya.
Sebagian besar para pecinta seni tentunya sudah mengetahui tentang lukisan ini. Kebanyakan dari mereka adalah orang asing dan tinggal di luar Indonesia, sementara rakyat Indonesia sendiri justru belum banyak yang mengetahui lukisan ini. Tidak seperti orang Belanda yang hampir semuanya mengenali lukisan karya Rembrandt yang termahsyur, yaitu The Nightwatch, salah satu lukisan yang mewakili identitas bangsa Belanda dan dikenal secara internasional.
Perlukah Indonesia memiliki sebuah lukisan yang dapat mewakili identitas nasional bangsa Indonesia? Perlu.
Negeri ini telah cukup lama berada dalam krisis.
Simbol-simbol identitas lain yang mencerminkan ciri khas bangsa Indonesia sudah sering kali tercabik-cabik oleh adanya pergolakan dalam negeri, munculnya kelompok-kelompok, konflik-konflik agama, dan masih banyak lagi. Lukisan tersebut dapat dijadikan sebuah simbol bangsa Indonesia yang direvitalisasi.
Mengapa lukisan ini dapat dijadikan contoh sebuah simbol yang mewakili identitas nasional bangsa Indonesia?
Pertama, lukisan ini dibuat oleh seorang master pelukis Indonesia, Raden Saleh. Beliau tidak hanya dikenal di Indonesia tapi juga di luar negeri.
Kedua, subyek lukisan ini adalah Pangeran Diponegoro, seorang pahlawan besar bangsa Indonesia yang dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia.
Ketiga, lukisan ini sangat indah. Sebuah lukisan yang layak untuk dinikmati dan dibanggakan oleh banyak orang.
Terlebih lagi, lukisan ini menggambarkan sebuah peristiwa bersejarah yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, yaitu saat para pemberontak yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro hampir memenangkan perlawanan yang dilakukannya terhadap pemerintah kolonial Belanda. Hanya karena sebuah pengkhianatanlah Belanda mampu mengakhiri perjuangan Diponegoro.
Lukisan ini dengan cakap mampu mengabadikan momen ini. Pangeran Diponegoro memang dikhianati tetapi bukan berarti dia mengaku kalah pada Belanda. Dengan bangga dia menunggu nasibnya dan meyakini bahwa suatu saat usaha perlawanan terhadap kekuasaan kolonial ini akan membawa hasil sebuah kemerdekaan. Ini adalah sebuah lukisan yang menjadi langkah awal terwujudnya sebuah kemerdekaan.
Adakah lukisan lain yang juga mampu menjadi simbol identitas nasional bangsa Indonesia?
Kemungkinan memang ada lukisan-lukisan lain yang dibuat oleh pelukis Indonesia lainnya yang juga mampu membangkitkan semangat patriotisme, persatuan nasional, kebanggaan dan kekaguman tersendiri. Namun kebanyakan pelukis Indonesia mulai berkarya setelah masa kemerdekaan dan meskipun banyak karya lukisan yang menggambarkan semangat kemerdekaan sebagai subyeknya, tidak banyak yang bisa menjadi andalan dan lebih dari yang lainnya.
Jika lukisan Raden Saleh ini begitu penting, mengapa selama ini banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya?
Sebuah pertanyaan yang bagus.
Lukisan ini sulit untuk diakses oleh orang banyak. Ketika Ratu Juliana menyerahkan lukisan ini pada tahun 1976 kepada Indonesia, lukisan ini diletakkan di salah satu ruangan dalam Istana Negara yang disebut Museum Istana Negara. Hanya segelintir orang yang dapat melihatnya secara langsung.
Cerita sejarah di balik lukisan ini sangat tak ternilai harganya oleh karena itu penting sekali untuk memeliharanya dengan baik dan benar. Lukisan harus dikelola dengan pemeliharaan ruangan yang bersuhu baik. Syukurlah Bagian Museum dan Sanggar Seni Istana Negara berkeinginan untuk merestorasi aset sejarah ini.
Hal ini dapat dibaca di situs www.presidensby.info. Dalam sebuah artikel yang bertanggal 17 Januari 2007 itu disebutkan bahwa pihak Museum Istana ingin sekali sesegera mungkin merestorasi lukisan Raden Saleh yang berjudul Penangkapan Diponegoro.
Penyelamatan lukisan Penangkapan Diponegoro memang harus secepatnya dilaksanakan, karena umurnya yang sudah cukup tua. Jika lukisan ini tergantung dalam sebuah ruang kerja atau ruang tamu, maka kondisinya bisa jadi akan semakin memburuk mengingat ruangan kerja atau kantor biasanya tidak memiliki pengaturan suhu yang tetap sepanjang waktu. Perubahan suhu dan kelembaban dapat menghancurkan lukisan.
Jika restorasi dan konservasi dapat direalisasikan maka hal selanjutnya adalah memperkenalkan lukisan ini ke khalayak banyak, terutama generasi muda Indonesia. Seluruh anak Indonesia harus mengetahui lukisan ini dan sesering mungkin dapat mengunjungi, melihat dan memperhatikannya, karena lukisan ini adalah cerminan rasa nasionalisme yang dimiliki oleh seorang putra bangsa.
Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Pertama, mungkin sebaiknya ada sebuah ruangan dalam museum yang khusus menyajikan lukisan ini atau bahkan sebuah museum yang khusus dibuat untuk lukisan ini. Sebagai perbandingan: kebanyakan pengunjung Rijksmuseum Amsterdam, kurang lebih satu juta orang tiap tahunnya, datang hanya untuk melihat lukisan Nightwatch.
Museum ini haruslah memiliki sebuah ruangan besar yang dapat menampung ribuan pengunjung didalamnya. Salah satu kemungkinan tempat yang cocok adalah Istana Putih (The White Palace, bekas Istana Daendels atau gedung Departemen Keuangan sekarang) di Lapangan Banteng. Alternatif lainnya adalah rumah Raden Saleh sendiri di Jalan Raden Saleh, yang saat ini merupakan bagian dari Rumah Sakit Cikini. Tetapi infrastruktur daerah ini tidak cocok mengingat diperlukan juga tempat yang luas untuk bus-bus dan kendaraankendaraan besar yang parkir.
Upaya pelestarian aset bersejarah bangsa yang menyajikan kisah sejarah perjuangan bangsa merupakan salah satu usaha untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang mampu menghargai dan mengenali dengan baik sejarah perjuangan bangsanya.
Max de Bruijn, Sejarawan Belanda, banyak meneliti Batavia abad 18
Yulia Irma Pattopang, Asisten Proyek di PT Bruijn Bouvy
No comments:
Post a Comment