(inilah.com/ Raya Abdullah)
INILAH.COM, Jakarta – Tak ada kata istirahat bagi lembaga survei. Setelah Pemilu, mereka pun langsung menggarap Pemilihan Presiden. Nama Susilo Bambang Yudhoyono masih yang teratas. Betulkah ada maksud untuk membenamkan calon lain?
Salah satu lembaga yang langsung melakukan survei itu adalah Lembaga Survei Indonesia (LSI). Mereka menyingkapkan bahwa nama Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarnoputri, dan Prabowo Subianto paling banyak dipilih dan didiskusikan publik. Namun, di antara ketiganya, SBY paling banyak dibicarakan, yakni sekitar 49,6%. Mega dan Prabowo jauh di bawah, 14,1 dan 5,6%.
Direktur LSI, Dodi Ambardi menegaskan SBY memang masih punya peluang untuk kembali terpilih dibandingkan lawan-lawannya. Artinya, dari hasil survei itu, SBY hampir pasti menang lagi pada Pilpres nanti.
Bila jumlah calon presiden dibatasi hanya enam nama, menurut Dodi, SBY dipilih 53% pemilih. Itu artinya Pemilihan Presiden cukup dilakukan satu putaran. Hemat ongkos. Bila dikerucutkan jadi tiga nama, SBY akan dipilih 60%. Juga, satu putaran dan hemat biaya. Sementara dukungan untuk Mega, Prabowo, Jusuf Kalla, Wiranto, dan Sri Sultan Hamengku Buwono X tak menunjukkan tanda-tanda kemajuan.
Survei yang dilakukan pada 9 April 2009 bertepatan dengan Pemilu Legislatif ini digunakan metode exit poll. Survei dilakukan di 2.100 TPS yang dipilih secara random dan proporsional dari seluruh provinsi. Di tiap TPS yang terpilih itu ditentukan dua pemilih sebagai responden yang semuanya berjumlah 4.200 responden dengan margin of error 1,7%.
Responden diwawancara dengan pertanyaan bila pilpres diadakan sekarang, siapa nama-nama yang akan dipilih. Penanya mengajukan pertanyaan itu tiga kali dengan disodori daftar calon presiden sejumlah 27 nama lebih, 6 nama, dan 3 nama.
Dalam kesimpulan survei ini disebutkan, dukungan terhadap SBY 'sangat solid' dari partainya. Sementara Mega dan Prabowo 'cukup solid' meski kedua figur ini belum mampu menarik pemilih di luar massa pemilih partai mereka.
Survei ini, sama seperti survei-survei menjelang Pemilu Legislatif, tetap mengundang suara miring. Ada yang menuding, ini dimaksudkan untuk menjatuhkan nama-nama pesaing SBY. Dengan fakta ini, jadi pertanyaan apakah masih ada capres yang berani melawan duet SBY-JK? Jangan-jangan tinggal kotak kosong yang tersedia. Siapapun lawan-lawan politik, pasti terbantai lebih dulu sebelum permainan dimulai.
Sejumlah politisi dan analis politik melihat survei secara sistematis telah memenangkan SBY. Akibatnya, Pilpres bisa saja jadi antiklimaks. "Survei-survei itu tak adil dan berpihak pada yang berkuasa," ujar pengamat politik Ray Rangkuti.
Pandangan serupa juga dikemukakan Eros Djarot, Ketua Umum DPP PNBK. "Inilah kecurigaan banyak orang terhadap metode planting information untuk memenangkan SBY, yang jelas sudah populer dan incumbent lagi," katanya. [I4]
No comments:
Post a Comment