Hanura Sokong Usulan Golkar Jadikan Soeharto Pahlawan

detikNews



Jakarta - Partai Golkar tengah menggodok usulan pemberian gelar pahlawan bagi Soeharto. Langkah partai beringin ini mendapat sokongan dari Partai Hanura.

"Kita harus usulkan. Mudah-mudahan dalam rapat paripurna besok, bisa kita sampaikan usulan Pak Harto sebagai pahlawan," ujar Wasekjen Partai Hanura Saleh Husin melalui telepon, Minggu (3/1/2009).

Dia berpendapat usulan gelar pahlawan seharusnya diberikan kepada tokoh nasional, selain Gus Dur tentu saja Soeharto.

"Tokoh-tokoh yang telah berbuat kepada bangsa ini selayaknya diberi gelar pahlawan nasional, baik Gus Dur dan Pak Harto. Jasa-jasa mereka sudah cukup banyak," kata anggota Komisi V DPR ini.

Saleh mengakui, ada sisi negatif dari Soeharto, tapi tentu saja itu lebih kecil bila dibanding dengan jasanya.

"Sudah banyak jasa beliau bagi bangsa ini. Jasa beliau harus kita hormati, paling tidak menjadi pelajaran bagi bangsa kita di masa yang akan datang," tutupnya.

1 comment:

Anonymous said...

Dalam sejarah dunia, ada kemiripan karakteristik sejarah pergeseran kekuasaan Indonesia dengan sejarah pergeseran kekuasaan dalam kekhalifahan Khulafaur Rasyidin yaitu Ali bin Abi Thalib versus Muawiyah bin ABu Sofyan...

Menurut saya Soeharto itu berkarakter seperti Muawiyah bin Abu Sofyan (anak Hindun yang merobek hati paman Nabi) dan SOekarno adalah Ali bin Abi Thalib... begitu berhasil merebut kekuasaan dengan cara seakan2 konstitusi dengan peristiwa Tahkim, maka jatuhlah Khalifah (Presiden) ALi bin abi Thalib

Peristiwa Tahkim mengikut sejarah yang kita pelajari ialah berlaku perebutan kuasa antara Ali dan Mu`awiyah yang membawa mereka ke meja perundingan. Perundingan antara mereka berdua telah diwakili oleh Abu Musa al-`Asyari bagi pihak Ali dan `Amr bin al-`Ash bagi pihak Mua`wiyah. Kedua-dua perunding telah bersetuju untuk memecat Ali dan Mua`wiyah. Menurut sejarah lagi, `Amr bin al-`Ash dengan kelicikannya berjaya memperdayakan Abu Musa yang digambarkan sebagai seorang yang lalai dan mudah tertipu.. Akibatnya, Ali terlepas dari jawatan khalifah.... alias De-Ali bin ABi Thalib-isasi segala bidang....

Apa kesamaan sejarahnya?
1. Ada fitnah akibat pembunuhan dari suatu kaum, dan ada segolongan yang seakan2 menuntut bela/Qishas..
Jika Mu'awiyah menuntut bela kematian Presiden/Khalifah Usman bin Affan, maka SOeharto seakan2 menuntut bela pembunuhan para jenderal2 Angkatan Darat dan menuntut pembubaran PKI..

2. Adanya semacam surat perintah/command untuk membatalkan keabsahan keutamaan ajaran Presiden/Khalifah sebelumnya
Mu’awiyah menulis surat keputusan yang dikirimkan kepada para gubenur dan kepala daerah segera setelah ia berkuasa:
“Lepas kekebalan bagi yang meriwayatkan sesuatu apapun tentang keutamaan Abu Thurab (Imam Ali as.) dan Ahlulbaitnya.”[1]

Maka setelah itu para penceramah di setiap desa dan di atas setiap mimbar berlomba-lomba melaknati Ali dan berlepas tangan darinya serta mencaci makinya dan juga Ahlulbaitnya. Masyarakat paling sengsara saat itu adalah penduduk kota Kufah sebab banyak dari mereka adalah Syi’ah Ali as. Dan untuk lebih menekan mereka, Mu’awiyah mengangkat Ziyad ibn Sumayyah sebagai gubenur kota tersebut dengan menggabungkan propinsi Basrah dan Kufah. Ziyad menyisir kaum Syiah –dan ia sangat mengenali mereka, sebab dahulu ia pernah bergabung dengan mereka di masa Khilafah Ali as.. Ziyad membantai mereka di manapun mereka ditemukan, mengintimidasi mereka, memotong tangan-tangan dan kaki-kaki mereka, menusuk mata-mata mereka dengan besi mengangah dan menyalib mereka di atas batang-batang pohon kurma. Mereka juga diusir dari Irak, sehingga tidak ada lagi dari mereka yang tekenal.[2]...alias De-Ali bin ABi Thalib-isasi segala bidang....

Soeharto dengan memanipulasi Supersemar dan menggalang dukungan TAP MPRS untuk menjatuhkan kekuasaan Presiden/Khalifah Soekarno dan memberangus ajaran2 soekarno... alias De-Sukarnoisasi dan barang siapa (masa Orde Baru) yang membawa aspirasi & ajaran Bung Karno akan ditindas dengan kejam...

3. Adanya penyimpangan cita-cita bangsa/umat dari founding father menuju ke pola penindasan jaman lama/jahilliah/Orde Baru

Soeharto dengan Orde Baru-nya melencengkan cita2 Proklamasi 1945 dengan fokus point melarang dan melencengkan ajaran founding father... Muawiyah melencengkan ajaran/cita2 Nabi & Khulafaur Rasyidin dengan memulai fokus awal memutus silsilah ajaran dari Khalifah/Presiden Ali bin ABi Thalib dan pelencengan terbesar dengan mengangkat Yazid anaknya sebagai Khalifah/Presiden (dikator kejam) puncaknya membunuh secara kejam cucu Nabi yaitu Sayyidina Hussein ra di karbala....

Tidaklah sama seorang pahlawan dengan seorang munafik...

Archives