HADIAH SIPUT buat KPK dari ICW

image

HADIAH SIPUT : Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan Bibit Samad Riyanto (kanan) menerima siput dari aktivis Indonesia Corruption Watch (ICW) di Gedung KPK, Rabu (30/12). Siput menurut ICW, sebagaisimbol agar KPK tidak lamban menangani kasus korupsi.(SM/CyberNews/Mahendra Bungalan/CN13)

Jenazah Gus Dur Berangkat ke Halim

Inilah.com





















Presiden: Selamat Jalan Bapak Pluralisme

Republika Online

Presiden: Selamat Jalan Bapak Pluralisme

JOMBANG--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai bapak pluralisme dan multikulturalisme di Indonesia. Karenanya, presiden menegaskan jika bangsa Indonesia telah kehilangan salah satu putra terbaik bangsa, seorang guru dan bapak bangsa, serta negarawan yang terhormat. “Selamat jalan Bapak Pluralisme kita,” ucap Presiden SBY menutup sambutannya usai pemakaman jenazah Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Kamis (31/12).

Presiden menjelaskan, Gus Dur yang wafat dengan tenang pada Rabu (30/12) petang pukul 18.45 WIB di RSCM, Jakarta, merupakan sosok yang sepanjang hayatnya mengabdikan diri untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Sejarah bangsa, kata SBY, telah mencatat Gus Dur telah memberikan pengabdian terbaiknya untuk kehidupan agama dan negara melalui organisasi Islam terbesar di negeri ini, Nahdlatul Ulama.

Dikatakan, selama 15 tahun sejak 1984 sampai 1999, Gus Dur adalah Ketua Umum PBNU yang merupakan organisasi bentukan kakeknya sendiri, Hasyim Asyari. Kiprah Gus Dur dalam pentas politik nasional, lanjut SBY, dimulai saat Gus Dur bersama para ulama NU lainnya mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa. “Partai yang sampai saat ini ikut memperjuangkan kemajuan bangsa atas dasar Islam dan kebangsaan,” imbuh presiden.

Tak hanya di pentas nasional, kiprah Gus Dur dalam perkembangan Islam dan demokrasi di Indonesia juga mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia. Dunia internasional, kata SBY, mengakui Gus Dur sebagai figur berpengaruh yang senantiasa mendorong perkembangan Islam di lingkungan warga nahdliyyin dan Indonesia.

“Kepercayaan almarhum terhadap Islam sebagai sumber universal dan peradaban, telah memberikan inspirasi bagi kita semua. Keyakinannya terhadap Islam sebagai sumber keselamatan, kedamaian, dan keadilan, telah menginspirasikan almarhum menjadi pemimpin negara yang besar,” papar presiden.

SBY pun menyebutkan jika Gus Dur adalah peletak dasar perkembangan awal demokrasi di Indonesia melalui pembentukan Forum Demokrasi bersama beberapa tokoh lainnya pada tahun 1990. “Forum Demokrasi telah menyemaikan gagasan-gagasan dan strategi tentang demokrasi dan pembangunan.”

Selama masa sebelum dan masa reformasi, kata presiden, Gus Dur adalah tokoh kunci yang mendorong transisi demokrasi secara lebih terlembaga dan terkonsolidasi. Gus Dur benar-benar menghayati Bhinneka Tunggal Ika yang menguatkan kehormatan Indonesia sebagai bangsa kemajemukan yang besar. “Beliau adalah pejuang reformasi dengan gagasan-gagasan universal tentang pentingnya bansga yang beragam menghormati dan menghargai kemajemukan. Ucapan, sikap, dan perbuatan beliau benar-benar membuktikan hal itu,” ucap SBY.

Saat menjabat sebagai Presiden RI pada kurun waktu 1999-2001, lanjut presiden, Gus Dur telah menetapka kebijakan yang tidak saja mengakhiri diskriminasi terhadap kaum minoritas, namun menegaskan jika negara memuliakan berbagai bentuk kemajemukan. Kebijakannya memberikan dasar yang kuat untuk perkembangan masyarakat dan bangsa yang dilandaskan demokrasi dan semangat persatuan. “Kita patut mengakui begitu banyak jasa yang almarhum berikan pada bangsa dan negara.”

Pada bagian akhir sambutannya, SBY tak lupa mengajak kepada seluruh elemen bangsa untuk mendoakan Gus Dur agar ditempatkan bersama golongan orang-orang terhormat di sisi Allah SWT.
“Sebagai manusia biasa, layaknya seorang pemimpin, Gus Dur tak luput dari kekhilafan. Tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Sebagai bangsa yang berjiwa besar, kita patut mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang mendalam kepada almarhum,” tandas SBY seraya berdoa agar keluarga yang ditinggalkannya mendapatkan kesabaran. EH Ismail/kpo

Gus Dur Wafat, Pluralisme di Indonesia Terancam

Republika Online

YOGYAKATA--Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan kekhawatirannnya pasca meninggalnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) karena tidak ada lagi yang menjaga pluralisme di Indonesia. ''Ya saya khawatir akan terancamnya pluralisme di Indonesia setelah Gus Dur meninggal, karena dia merupakan sosok idealis dalam hal demokrasi dan juga sebagai penjaga pluralisme di Indonesia,''kata Sultan di Kepatihan Yogyakarta, Kamis (31/12).

Apalagi, kata dia, elit politik sekarang cenderung mengutamakan pendekatan ekonomi. Padahal menggunakan pendekatan kebudayaan dan mengutamakan peradaban itu lebih penting daripada sekadar membuat orang sejahtera. Dan, elit politik juga cenderung menggunakan pendekatan politik semata.

Menurut Sultan, hingga saat ini belum ada satu pun tokoh di Indonesia yang muncul untuk menggantikan posisi Gus Dur. ''Kita kehilangan orang besar yang selama ini mengidealisasikan demokrasi dan pluralisme,'' kata salah satu tokoh reformasi nasional ini.

Pasca meninggalnya Gus Dur, di Yogyakarta ada berbagai kegiatan maupun kreasi sebagai ungkapan berduka cita, antara lain: di titik nol kota Yogyakarta (di depan Gedung Agung), patung kepala Gus Dur yang merupakan karya biennale ditaburi bunga mawar dan di depan patung tersebut diletakkan sebuah krans bunga berduka cita dengan ucapan,"Gus Dur, selamatkan bangsa ini di alam sana. Biennale Jogja Turut Berduka". Sementara itu di depan Tugu Jogja ada doa untuk Gus Dur yang disinari cahaya lilin kemanusiaan untuk mengiringi kepergian Gus Dur. nri/kpo

Perjalanan Karir Gus Dur

Republika Online

Perjalanan Karir Gus Dur

Sepulang dari pegembaraanya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, tokoh muda ini bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian ia menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun yang sama Gus Dur mulai menjadi penulis. Ia kembali menekuni bakatnya sebagaii penulis dan kolumnis. Lewat tulisan-tulisan tersebut gagasan pemikiran Gus Dur mulai mendapat perhatian banyak.

Djohan Efendi, seorang intelektual terkemuka pada masanya, menilai bahwa Gus Dur adalah seorang pencerna, mencerna semua pemikiran yang dibacanya, kemudian diserap menjadi pemikirannya tersendiri. Sehingga tidak heran jika tulisan-tulisannya jarang menggunakan foot note.

Pada tahun 1974 Gus Dur diminta pamannya, K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu di Pesantren Tebu Ireng Jombang dengan menjadi sekretaris. Dari sini Gus Dur mulai sering mendapatkan undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi keagamaan dan kepesantrenan, baik di dalam maupun luar negeri.

Selanjutnya Gus Dur terlibat dalam kegiatan LSM. Pertama di LP3ES bersama Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin dan Adi Sasono dalam proyek pengembangan pesantren, kemudian Gus Dur mendirikan P3M yang dimotori oleh LP3ES.

Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke Jakarta. Mula-mula ia merintis Pesantren Ciganjur. Sementara pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah PBNU. Di sini Gus Dur terlibat dalam diskusi dan perdebatan yang serius mengenai masalah agama, sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan disiplin. Gus Dur semakin serius menulis dan bergelut dengan dunianya, baik di lapangan kebudayaan, politik, maupun pemikiran keislaman.

Karier yang dianggap ‘menyimpang’-dalam kapasitasnya sebagai seorang tokoh agama sekaligus pengurus PBNU-dan mengundang cibiran adalah ketika menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahunn 1983. Ia juga menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986, 1987.

Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-’aqdi yang diketuai K.H. As’ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur menjabat presiden RI ke-4.

Meskipun sudah menjadi presiden, ke-nyleneh-an Gus Dur tidak hilang, bahkan semakin diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Dahulu, mungkin hanya masyarakat tertentu, khususnya kalangan nahdliyin yang merasakan kontroversi gagasannya. Sekarang seluruh bangsa Indonesia ikut memikirkan kontroversi gagasan yang dilontarkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid.

Catatan perjalanan karier Gus Dur yang patut dituangkan dalam pembahasan ini adalah menjadi ketua Forum Demokrasi untuk masa bakti 1991-1999, dengan sejumlah anggota yang terdiri dari berbagai kalangan, khususnya kalangan nasionalis dan non muslim. Anehnya lagi, Gus Dur menolak masuk dalam organisasi ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Tidak hanya menolak bahkan menuduh organisai kaum ‘elit Islam’ tersebut dengan organisasi sektarian.

Dari paparan tersebut di atas memberikan gambaran betapa kompleks dan rumitnya perjalanan Gus Dur dalam meniti kehidupannya, bertemu dengan berbagai macam orang yang hidup dengan latar belakang ideologi, budaya, kepentingan, strata sosial dan pemikiran yang berbeda. Dari segi pemahaman keagamaan dan ideologi, Gus Dur melintasi jalan hidup yang lebih kompleks, mulai dari yang tradisional, ideologis, fundamentalis, sampai moderrnis dan sekuler.

Dari segi kultural, Gus Dur mengalami hidup di tengah budaya Timur yang santun, tertutup, penuh basa-basi, sampai denga budaya Barat yang terbuka, modern dan liberal. Demikian juga persentuhannya dengan para pemikir, mulai dari yang konservatif, ortodoks sampai yang liberal dan radikal semua dialami.

Pemikiran Gus Dur mengenai agama diperoleh dari dunia pesantren. Lembaga inilah yang membentuk karakter keagamaan yang penuh etik, formal, dan struktural. Sementara pengembaraannya ke Timur Tengah telah mempertemukan Gus Dur dengan berbagai corak pemikirann Agama, dari yang konservatif, simbolik-fundamentalis sampai yang liberal-radikal.

Dalam bidang kemanusiaan, pikiran-pikiran Gus Dur banyak dipengaruhi oleh para pemikir Barat dengan filsafat humanismenya. Secara rasa maupun praktek prilaku yang humanis, pengaruh para kyai yang mendidik dan membimbingnya mempunyai andil besar dalam membentuk pemikiran Gus Dur. Kisah tentang Kyai Fatah dari Tambak Beras, KH. Ali Ma’shum dari Krapyak dan Kyai Chudhori dari Tegalrejo telah membuat pribadi Gus Dur menjadi orang yang sangat peka pada sentuhan-sentuhan kemanusiaan.

Dari segi kultural, Gus Dur melintasi tiga model lapisan budaya. Pertama, Gus Dur bersentuhan dengan kultur dunia pesantren yang sangat hierarkis, tertutup, dan penuh dengan etika yang serba formal; kedua, dunia Timur yang terbuka dan keras; dan ketiga, budaya Barat yang liberal, rasioal dan sekuler. Kesemuanya tampak masuk dalam pribadi dan membetuk sinergi.

Hampir tidak ada yang secara dominan berpengaruh membentuk pribadi Gus Dur. Sampai sekarang masing-masing melakukan dialog dalam diri Gus Dur. Inilah sebabnya mengapa Gus Dur selalu kelihatan dinamis dan suliit dipahami. Kebebasannya dalam berpikir dan luasnya cakrawala pemikiran yang dimilikinya melampaui batas-batas tradisionalisme yang dipegangi komunitasnya sendiri. */kpo

Perjalanan Pendidikan Gus Dur

Republika Online

Perjalanan Pendidikan Gus Dur

Pertama kali belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek, K.H. Hasyim Asy’ari. Saat serumah dengan kakeknya, ia diajari mengaji dan membaca al-Qur’an. Dalam usia lima tahun ia telah lancar membaca al-Qur’an. Pada saat sang ayah pindah ke Jakarta, di samping belajar formal di sekolah, Gus Dur masuk juga mengikuti les privat Bahasa Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang telah masuk Islam, yang mengganti namanya dengan Iskandar.

Untuk menambah pelajaran Bahasa Belanda tersebut, Buhl selalu menyajikan musik klasik yang biasa dinikmati oleh orang dewasa. Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat dan dari sini pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik.

Menjelang kelulusannya di Sekolah Dasar, Gus Dur memenangkan lomba karya tulis (mengarang) se-wilayah kota Jakarta dan menerima hadiah dari pemerintah. Pengalaman ini menjelaskan bahwa Gus Dur telah mampu menuangkan gagasan/ide-idenya dalam sebuah tulisan. Karenanya wajar jika pada masa kemudian tulisan-tulisan Gus Dur menghiasai berbagai media massa.

Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus Dur dikirim orang tuanya untuk belajar di Yogyakarta. Pada tahun 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan, sambil mondok di pesantren Krapyak. Sekolah ini meskipun dikelola oleh Gereja Katolik Roma, akan tetapi sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler. Di sekolah ini pula pertama kali Gus Dur belajar Bahasa Inggris.

Karena merasa terkekang hidup dalam dunia pesantren, akhirnya ia minta pindah ke kota dan tinggal di rumah Haji Junaidi, seorang pimpinan lokal Muhammadiyah dan orang yang berpengaruh di SMEP. Kegiatan rutinnya, setelah shalat subuh mengaji pada K.H. Ma’shum Krapyak, siang hari sekolah di SMEP, dan pada malam hari ia ikut berdiskusi bersama dengan Haji Junaidi dan anggota Muhammadiyah lainnya.

Ketika menjadi siswa sekolah lanjutan pertama tersebut, hobi membacanya semakin mendapatkan tempat. Gus Dur, misalnya, didorong oleh gurunya untuk menguasai Bahasa Inggris, sehingga dalam waktu satu-dua tahun Gus Dur menghabiskan beberapa buku dalam bahasa Inggris. Di antara buku-buku yang pernah dibacanya adalah karya Ernest Hemingway, John Steinbach, dan William Faulkner. Di samping itu, ia juga membaca sampai tuntas beberapa karya Johan Huizinga, Andre Malraux, Ortega Y. Gasset, dan beberapa karya penulis Rusia, seperti: Pushkin, Tolstoy, Dostoevsky dan Mikhail Sholokov. Gus Dur juga melahap habis beberapa karya Wiill Durant yang berjudul ‘The Story of Civilazation’.

Selain belajar dengan membaca buku-buku berbahasa Inggris, untuk meningkatan kemampuan bahasa Ingrisnya sekaligus untuk menggali informasi, Gus Dur aktif mendengarkan siaran lewat radio Voice of America dan BBC London. Ketika mengetahui bahwa Gus Dur pandai dalam bahasa Inggis, Pak Sumatri-seorang guru SMEP yang juga anggota Partai Komunis-memberi buku karya Lenin ‘What is To Be Done’ . Pada saat yang sama, anak yang memasuki masuki masa remaja ini telah mengenal Das Kapital-nya Karl Marx, filsafat Plato,Thales, dan sebagainya. Dari paparan ini tergambar dengan jelas kekayaan informasi dan keluasan wawasan Gus Dur.

Setamat dari SMEP Gus Dur melanjutkan belajarnya di Pesantren Tegarejo Magelang Jawa Tengah. Pesantren ini diasuh oleh K.H. Chudhari, sosok kyai yang humanis, saleh dan guru dicintai. Kyai Chudhari inilah yang memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi dan menanamkan praktek-praktek ritual mistik. Di bawah bimbingan kyai ini pula, Gus Dur mulai mengadakan ziarah ke kuburan-kuburan keramat para wali di Jawa.

Pada saat masuk ke pesantren ini, Gus Dur membawa seluruh koleksi buku-bukunya, yang membuat santri-santri lain terheran-heran. Pada saat ini pula Gus Dur telah mampu menunjukkan kemampuannya dalam berhumor dan berbicara. Dalam kaitan dengan yang terakhir ini ada sebuah kisah menarik yang patut diungkap dalam paparan ini adalah pada acara imtihan-pesta akbar yang diselenggarakan sebelum puasa pada saat perpisahan santri yang selesai menamatkan belajar-dengan menyediakan makanan dan minuman dan mendatangkan semua hiburan rakyat, seperti: Gamelan, tarian tradisional, kuda lumping, jathilan, dan sebagainya. Jelas, hiburan-hiburan seperti tersebut di atas sangat tabu bagi dunia pesantren pada umumnya. Akan tetapi itu ada dan terjadi di Pesantren Tegalrejo.

Setelah menghabiskan dua tahun di pesantren Tegalrejo, Gus Dur pindah kembali ke Jombang, dan tinggal di Pesantren Tambak Beras. Saat itu usianya mendekati 20 tahun, sehingga di pesantren milik pamannya, K.H. Abdul Fatah, ia menjadi seorang ustadz, dan menjadi ketua keamanan. Pada usia 22 tahun, Gus Dur berangkat ke tanah suci, untuk menunaikan ibadah haji, yang kemudian diteruskan ke Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas al-Azhar.

Pertama kali sampai di Mesir, ia merasa kecewa karena tidak dapat langsung masuk dalam Universitas al-Azhar, akan tetapi harus masuk Aliyah (semacam sekolah persiapan). Di sekolah ia merasa bosan, karena harus mengulang mata pelajaran yang telah ditempuhnya di Indonesia. Untuk menghilangkan kebosanan, Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan dan pusat layanan informasi Amerika (USIS) dan toko-toko buku dimana ia dapat memperoleh buku-buku yang dikehendaki.

Terdapat kondisi yang menguntungkan saat Gus Dur berada di Mesir, di bawah pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasr, seorang nasioonalis yang dinamis, Kairo menjadi era keemasan kaum intelektual. Kebebasan untuk mengeluarkkan pendapat mendapat perlindungan yang cukup. Pada tahun 1966 Gus Dur pindah ke Irak, sebuah negara modern yang memiliki peradaban Islam yang cukup maju.

Di Irak ia masuk dalam Departement of Religion di Universitas Bagdad samapi tahun 1970. Selama di Baghdad Gus Dur mempunyai pengalaman hidup yang berbeda dengan di Mesir. Di kota seribu satu malam ini Gus Dur mendapatkan rangsangan intelektual yang tidak didapatkan di Mesir. Pada waktu yang sama ia kembali bersentuhan dengan buku-buku besar karya sarjana orientalis Barat. Ia kembali menekuni hobinya secara intensif dengan membaca hampir semua buku yang ada di Universitas.

Di luar dunia kampus, Gus Dur rajin mengunjungi makam-makam keramat para wali, termasuk makam Syekh Abdul Qadir al-Jailani, pendiri jamaah tarekat Qadiriyah. Ia juga menggeluti ajaran Imam Junaid al-Baghdadi, seorang pendiri aliran tasawuf yang diikuti oleh jamaah NU. Di sinilah Gus Dur menemukan sumber spiritualitasnya.

Kodisi politik yang terjadi di Irak, ikut mempengaruhi perkembangan pemikiran politik Gus Dur pada saat itu. Kekagumannya pada kekuatan nasionalisme Arab, khususnya kepada Saddam Husain sebagai salah satu tokohnya, menjadi luntur ketika syekh yang dikenalnya, Azis Badri tewas terbunuh.

Selepas belajar di Baghdad Gus Dur bermaksud melanjutkan studinya ke Eropa. Akan tetapi persyaratan yang ketat, utamanya dalam bahasa-misalnya untuk masuk dalam kajian klasik di Kohln, harus menguasai bahasa Hebraw, Yunani atau Latin dengan baik di samping bahasa Jerman-tidak dapat dipenuhinya, akhirnya yang dilakukan adalah melakukan kunjungan dan menjadi pelajar keliling, dari satu universitas ke universitas lainnya.

Pada akhirnya ia menetap di Belanda selama enam bulan dan mendirikan Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang tinggal di Eropa. Untuk biaya hidup dirantau, dua kali sebulan ia pergi ke pelabuhan untuk bekerja sebagai pembersih kapal tanker. Gus Dur juga sempat pergi ke McGill University di Kanada untuk mempelajari kajian-lkajian keislaman secara mendalam.

Namun, akhirnya ia kembali ke Indonesia setelah terilhami berita-berita yang menarik sekitar perkembangan dunia pesantren. Perjalanan keliling studi Gus Dur berakhir pada tahun 1971, ketika ia kembali ke Jawa dan mulai memasuki kehidupan barunya, yang sekaligus sebagai perjalanan awal kariernya.

Meski demikian, semangat belajar Gus Dur tidak surut. Buktinya pada tahun 1979 Gus Dur ditawari untuk belajar ke sebuah universitas di Australia guna mendapatkkan gelar doktor. Akan tetapi maksud yang baik itu tidak dapat dipenuhi, sebab semua promotor tidak sanggup, dan menggangap bahwa Gus Dur tidak membutuhkan gelar tersebut. Memang dalam kenyataannya beberapa disertasi calon doktor dari Australia justru dikirimkan kepada Gus Dur untuk dikoreksi, dibimbing yang kemudian dipertahankan di hadapan sidang akademik. */kpo

Biografi Singkat Gus Dur

Republika Online

Biografi Singkat Gus Dur

Nama:
Abdurrahman Wahid
Lahir:
Denanyar, Jombang, Jawa Timur, 4 Agustus 1940.
Orang Tua:
Wahid Hasyim (ayah), Solechah (ibu).
Istri :
Sinta Nuriyah
Anak-anak :
Alisa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh, Anisa Hayatunufus, Inayah Wulandari
Pendidikan :
• Pesantren Tambak Beras, Jombang (1959-1963)
• Departemen Studi Islam dan Arab Tingkat Tinggi, Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir (1964-1966)
• Fakultas Surat-surat Universitas Bagdad (1966-1970)
Karir
• Pengajar Pesantren Pengajar dan Dekan Universitas Hasyim Ashari Fakultas Ushuludin (sebuah cabang teologi menyangkut hukum dan filosofi)
• Ketua Balai Seni Jakarta (1983-1985)
• Penemu Pesantren Ciganjur (1984-sekarang)
• Ketua Umum Nahdatul Ulama (1984-1999)
• Ketua Forum Demokrasi (1990)
• Ketua Konferensi Agama dan Perdamaian Sedunia (1994)
• Anggota MPR (1999)
• Presiden Republik Indonesia (20 Oktober 1999-24 Juli 2001)
Penghargaan
• Penghargaan Magsaysay dari Pemerintah Filipina atas usahanya mengembangkan hubungan antar-agama di Indonesia (1993)
• Penghargaan Dakwah Islam dari pemerintah Mesir (1991)

Artis dan Politik, Ramainya Panggung Sandiwara?

INILAH.COM

DUNIA politik kian riuh rendah dengan mencuatnya para artis yang bertarung di jagad kekuasaan. Menyusul langkah artis Ayu Azhari yang berpeluang menjadi 'Evita Peron' Sukabumi, kini muncul Tukul Arwana untuk maju menjadi Walikota Kota Semarang.

Ayu Azhari dikabarkan berpotensi bisa menjadi seperti Evita Peron di Argentina. Publik diminta jangan melihat sisi negatifnya saja, lihat sisi baiknya. Malah publik Sukabumi yakin Ayu Azhari mempunyai visi dan misi yang jelas dengan ikutnya bursa pemilu kepala daerah Kabupaten Sukabumi.

Di Semarang, koalisi Partai Golkar dan Partai Gerindra berencana menggaet Tukul Arwana, artis lawak dan pembawa acara di televisi, sebagai upaya memenangi Pemilihan Kepala Daerah Kota Semarang, Jawa Tengah, 2010.

Tukul berasal dari Kota Semarang. Dan politisi Golkar sudah menghubunginya melalui asisten pribadinya.

Anggota Tim Tujuh Koalisi Partai Golkar-Partai Gerindra, Wisnu Pudjonggo, di Semarang, Selasa (29/12) mengatakan, selain Tukul, artis asal Kota Semarang lain yang akan menjadi penarik suara (vote getter) adalah Asti Ananta. Wisnu menambahkan, dari kader internal Partai Gerindra ada nama Jamal Mirdad, meski belum ada kepastian mengenai hal itu.

Warga Sukabumi dan Semarang menilai calon yang pantas untuk dapat diusung dalam Pilkada 2010 di kedua kota itu adalah yang memiliki elektabilitas tinggi, figur yang terbuka, peduli terhadap berbagai permasalahan, seperti kemiskinan, ketimpangan dan banjir, serta bencana alam lainnya.

Mencuatnya para artis di blantika politik tak bisa disalahkan atau dicela. Semua itu akibat krisis kader di partai politik. Betapapun telah cukup bukti bahwa para politisi ternyata tidak lebih baik dari para artis, baik secara kualitatif maupun secara kapital.

Krisis kader telah mendorong munculnya para artis dalam kancah politik lokal maupun nasional. Tapi ini sekaligus simbol kegagalan demokrasi liberal di Indonesia lantaran sangat dangkal dan banal.

Para bapak bangsa seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir dan founding fathers lainnya mungkin tidak pernah membayangkan demokrasi akan menjadi amat liberal serta menuju kemerosotan kualitas yang dramatis, seperti demokrasi belakangan ini. Ini lantaran tidak ada tata tertib berkualitas untuk menyeleksi para kader politik sebagai pemimpin bangsa.

Kita memang sedang menghadapi krisis kepemimpinan dari tingkat nasional sampai lokal. Yang ada hanya lembaga-lembaga ibarat badan tanpa jiwa. Ada lembaga kepresidenan, gubernur dan bupati serta DPR/DPRD, kejaksan, kehakiman dan TNI/Polri yang sama-sama miskin visi, miskin jiwa atau kehilangan visi dan jatidiri serta gagal memaknai reformasi.

Demokrasi liberal di Indonesia selama dua dekade ini sangat miskin visi, tidak produktif, tidak kreatif, dan hanya mengandalkan para politisi medioker yang tak mungkin bisa membawa kemaslahatan rakyat di tengah kapitalisme neoliberal yang sudah lama membuat ekonomi rakyat terjungkal.

Kini para politisi terancam oleh masuknya para artis yang sudah melihat betapa bodohnya para politisi yang mengklaim sebagai wakil rakyat, aspirator rakyat, atau pejuang demokrasi. Para politisi tinggal menunggu waktu untuk digusur para artis yang oportunis dan bombastis. Itulah realitas politik dan demokrasi kita yang sangat tidak bermutu menyusul jatuhnya Orde Baru, hanya karena penguasa, pengusaha, militer dan pejabat sipil banyak salah di masa lalu, sementara kalangan kampus dan civil society banyak yang pasif atau membisu. Kini para politisi harus sadar diri, berbenah diri dan bangkit kembali dari keterpurukan tahun-tahun belakangan ini. [mor]

Baliho Ayu Azhari Berjilbab Muncul di Sukabumi

INILAH.COM

INILAH.COM, Sukabumi - Baliho artis Ayu Azhari mulai didirikan di sejumlah lokasi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sebagai tanda keseriusannya untuk maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Sukabumi pada Mei 2010.

Meski Ayu Azhari belum resmi diusulkan sebagai bakal calon (Balon) Wakil Bupati Sukabumi, namun balihonya dalam ukuran besar sudah tampak di Jalan raya Situgunung, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Senin (28/12).

Pemasangan gambar Ayu Azhari mengenakan jilbab hitam bersama pasangannya dr H Heriyanto, dimulai dari halaman Sekretariat DPC Partai Matahari Bangsa (PMB) Kabupaten Sukabumi di Jalan Raya Situgunung, Kecamatan Kadudampit hingga jalur protokol Sukabumi.

"Kami juga akan memasangkan baliho pasangan bakal calon dr Heriyanto-Ayu Azhari di sejumlah lokasi, yakni Cicurug, Parungkuda, Cibadak, Cisaat, Selabintana, Sukaraja dan Sukalarang. Ada sembilan baliho yang akan dipasang," kata Sekretaris DPC PMB Kabupaten Sukabumi Saeful Haq.

Ia menyebutkan, hingga ini sudah ada 5 partai politik yang berkoalisi untuk mendukung pasangan Heriyanto dan Ayu Azhari yakni PDIP, PMB, Partai Pemuda Indonesia (PPI), Partai Kedaulatan (PK) dan Partai demokrasi Pembaruan (PDP).

"Kalau PDIP tidak menyetujui Ayu Azhari untuk ikut dalam Pilkada ini, masih ada partai lain yang siap mengusung," katanya seraya enggan berkomentar partai mana yang akan mengusung Ayu Azhari nanti.

Saeful menambahkan, Ayu Azhari siap bertarung dan siap menang dalam Pilkada nanti, terlebih lagi Ayu Azhari merupakan publik figur yang sudah dikenal oleh kalangan masyarakat. [*/bar]

Ada yang bilang, Ayu Azhari Bisa Jadi Evita Peron Sukabumi :))

ANTARA News

ANTARA News

Sukabumi (ANTARA News) - Kemunculan nama artis Ayu Azhari dalam bursa bakal calon kepala daerah dinilai sebagai langkah baik untuk mewarnai demokrasi di negeri ini khususnya Kabupaten Sukabumi yang saat ini hendak menggelar pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada) 2010.

Pengamat politik Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Tedi Nurhadi mengatakan, Ayu Azhari akan menjadi "Evita Peron"nya Sukabumi. "Dia berpotensi menjadi Evita Peron Sukabumi," kata Tedi kepada ANTARA, di Sukabumi, Jabar, Minggu

Menurutnya, sosok Ayu memiliki potensi menjadi seperti Evita. Suami dari vokalis White Lion tersebut sama-sama populer seperti. Bahkan suaminya tersebut bisa dikatakan sangat terkenal di negeri Paman Sam atau Amerika Serikat.

"Kita jangan melihat sisi negatifnya saja, lihat sisi baiknya. Saya yakin Ayu Azhari mempunyai visi dan misi yang jelas dengan ikutnya bursa pemilu kada Kabupaten Sukabumi," ujarnya.

Tedi menambahkan, bahwa pihaknya yakin Ayu bisa membawa perubahan terhadap Kabupaten Sukabumi untuk menjadi baik. Selain itu, dirinya juga yakin dengan datangnya Ayu sebagai balon kepala daerah apalagi menjadi kepala daerah akan mempermudah jalur insvestasi menuju Kabupaten Sukabumi.

"Dengan nama besar Ayu, saya yakin bahwa insvestor akan berdatangan ke Kabupaten Sukabumi karena tertarik dengan figur baru tersebut dan ini menjadi peluang untuk melakukan perubahan," tambahnya.

Sementara itu, Pengamat Politik yang bergerak di bidang lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang diberi nama Masyarakat Peduli Hukum dan Hak Azasi Manusia (MPH-HAM) AA Brata Soedirja menuturkan, bahwa dengan munculnya Ayu Azhari dalam pemilu kada ini akan memberi warna baru pada dunia perpolitikan di Kabupaten Sukabumi.

Menurutnya, nama besar Ayu Azhari bukanlah menjadi jaminan bahwa Ayu bisa menang di Kabupaten Sukabumi. Namun, dengan kedatangannya ke Kabupaten Sukabumi, dirinya berpendapat Ayu membawa misi yang baik untuk membangun Kabupaten Sukabumi."Ayu merupakan sosok yang kontroversi, namun dibalik kekontroversiannya tersebut, Ayu pasti mempunyai cita-cita untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat," tuturnya.

Brata menandaskan, kedatangan Ayu tidak perlu dipergunjingkan atau di pro-kontrakan, karena dengan adanya hal-hal tersebut, bukanlah kerugian bagi Ayu, bahak menjadi suatu keuntungan bagi Ayu sendiri. Pasalnya dengan banyak mencuatnya nama Ayu di media maupun masyarakat secara tidak langsung dirinya (Ayu) telah dipromosikan.

"Sosok incumbent yang mencalonkan diri pun sama terkenalnya seperti Ayu, sehingga tidak perlu di perdebatkan lagi," tandasnya.(*)

Notes :
Senyum sana senyum sini buka sana buka sini, goyang sana goyang sini.
Gitu barangkali ya?

Buku George Dinilai Hanya Lelucon Politik

ANTARA News:

ANTARA News
Jakarta (ANTARA News) – Mantan aktivis mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Hendra Ratu Prawira menilai buku berjudul “Membongkar Gurita Cikeas, Di Balik Skandal Bank Century” karangan George Junus Aditjondro yang diterbitkan oleh sebuah penerbitan di Yogyakarta hanya sebuah lelucon politik semata.

“Buku ini kalau saya menilai hanya ingin mencari sensai dan menarik perhatian publik. Hal yang sama juga pernah dilakukan George sekitar 17 tahun silam,” katanya di Jakarta, Selasa.

Menurut ia, sekitar 17 tahun lalu saat saya menjadi penyelenggara sebuah seminar di kampus UII Yogyakarta saya dan mahasiswa lainya malah "ketiban apes" atas kelakuan George.

"Saat itu kami mengadakan seminar yang bertema “Urgency pembangunan politik di Indonesia” yang salah satu pembicaranya menghadirkan George Junus Aditjondro. Namun, pada saat itu juga George malah me-launching Buku tentang harta kekayaan mantan Presiden Soeharto yang tidak jelas sumbernya," ujarnya.

“Dengan peristiwa tersebut kami pihak penyelenggara justru berurusan dengan Polda DIY. Karena tidak akurasinya data tersebut kami berulang kali dipanggil ke Polda untuk menjalani pemeriksaan," katanya.

Hendra Prawira menjelaskan, hal yang sama justru malah dilakukan George di penghujung tahun 2009. George malah menulis buku yang tidak jelas sumbernya dan merugikan pihak lain.

Ia sependapat jika sejumlah instansi seperti LBKN ANTARA ingin melakukan somasi kepada George. Karena setiap instansi ataupun peorangan yang merasa dirugikan namanya bisa meminta perlindungan hukum.

Hendra menyatakan, implikasi yang ditimbulkan oleh buku setebal 183 lembar ini banyak menimbulkan mosi tidak percaya masyarakat jika mereka membacanya secara mentah-mentah serta pihaknya juga mendesak agar George mau segera merivisi buku karanganya tersebut sebelum banyak beredar di kalangan masyarakat.

"Tidak menutup kemungkinan ada pihak-pihak tertentu yang ingin memanfaatkan George dengan bukunya ini. Pemerintah diminta bersiap siap saja dengan segala kemungkinan yang akan terjadi dengan adanya buku karangan George ini," katanya.(*)

Syamsu: Buku Membongkar Gurita Cikeas Harus Diteliti

ANTARA News:
ANTARA News
Jakarta (ANTARA News) - Mantan Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel), Mayjen TNI (Purn) Syamsu Djalal, menyatakan buku "Membongkar Gurita Cikeas; Di balik Skandal Bank Century" karangan George Junus Aditjondro, harus diteliti dahulu kebenarannya.

"Seharusnya buku itu diteliti dahulu, baru dikomentari," katanya, di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan jika dari hasil penelitiannya bahwa isinya hanya "ngarang" saja atau tanpa bukti. "Maka itu keterangan palsu," katanya.

Sebelumnya, Kejaksaan Agung (Kejagung) mengaku masih mengkaji buku berjudul "Membongkar Gurita Cikeas; Di balik Skandal Bank Century" karangan George Junus Aditjondro.

"Kejaksaan masih melakukan penelusuran dan pengkajian buku Membongkar Gurita Cikeas," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Didiek Darmanto, di Jakarta, Senin.

Kapuspenkum menyatakan tim "clearing house" atau interdep yang terdiri dari Kejagung, Polri, BIN, Menkominfo dan MUI, akan bekerjaama untuk melakukan kajian terhadap beredarnya buktu tersebut.

"Parameter pengkajian apakah buku itu telah mengganggu ketertiban umum dan harus dihubungkan dengan dasar-dasar tata tertib kehidupan rakyat dan negara pada suatu saat seperti merusak kepercayaan masyarakat terhadap pimpinan nasional, merugikan akhlak dan meresahkan masyarakat," katanya.(*)

Amien Rais Tak Terlihat Melayat Gus Dur

detikNews



Yogyakarta - Pemakaman jenazah mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dibanjiri pejabat dan tokoh nasional. Tapi, ke mana Amien Rais? Mantan Ketua MPR itu tak terlihat oleh wartawan saat pemakaman Gus Dur.

Jenazah Gus Dur dimakamkan di Pemakaman Bani Hasyim di kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, Kamis (31/12/2009). Pemakaman secara kenegaraan dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Wapres Boediono juga hadir. Sejumlah menteri juga hadir, seperti Hatta Rajasa, Djoko Suyanto, Agung Laksono, Sri Mulyani, Muhaimin Iskandar, Helmi Faishal, Marty Natalegawa, dan Sudi Silalahi.

Para tokoh nasional seperti Din Syamsuddin, Prabowo Subianto, Hariman Siregar, Muslim Abdurrahman, dan para ulama tenar NU juga hadir. Habibie, Wiranto dan Megawati tidak menghadiri pemakaman, tapi sudah melayat Gus Dur di Ciganjur.

Hanya Amien Rais yang tak terlihat di RSCM, Ciganjur, atau Jombang. Padahal, banyak pelayat dan tokoh yang menanyakan Amien Rais.

Maklum, Amien Rais memiliki sejarah menarik dengan Gus Dur. Pada Sidang Istimewa 1999, Amien Rais-lah yang mencalonkan Gus Dur sebagai presiden. Namun, setelah terpilih, Gus Dur dilengserkan oleh Amien juga dalam Sidang Istimewa MPR tahun 2001.

Sebelum itu, pada tahun 1990-an, Amien dan Gus Dur juga dikenal sebagai intelektual dan cendekiawan muslim, selain Nurcholish Madjid dan BJ Habibie. Namun, Amien dan Gus Dur memang terlalu sering berbeda pendapat.

Detikcom telah menghubungi Hanafi Rais, anak Amien, Kamis (31/12/2009). Namun, saat ditanya kapan Amien akan melayat Gus Dur, Hanafi mengaku tidak tahu. "Saya tidak tahu. Saya baru saja datang dari Jakarta. Tapi setahu saya, bapak tadi pagi ke Solo," kata Hanafi.

Pada Rabu (30/12/2009), Amien diketahui berada di Yogyakarta, tidak di Jakarta. Benarkah Amien tidak melayat Gus Dur? Ataukah Amien sudah melayat, namun tak dilihat oleh wartawan? Jika tidak melayat, apa alasan Amien Rais? Pertanyaan-pertanyaan itu belum terjawab dengan jelas.

Gurita Jerat Aditjondro gara-gara Gaplok-gaplokan :) oalah Nasib-nasib









Notes :
Mestinya GJA dapat mengendalikan Guritanya, eee lha kok malah sekarang terbelit-belit sendiri.
Malang nian nasibmu gan.. :(

Jurus Apa yang dipakai GJ Aditjondro waktu menggaplok Ramadhan Pohan?

Halo semua,...
Masih cerita tentang pukul memukul dan gaplok menggaplok ala GJA, maka tulisan dari Wartawan Sableng Nyamuxxx MP rasanya cukup enak dibaca dan dikunyah-kunyah sebelum dilempar keluar (awas jangan asal lempar bisa kena muka orang gawat urusannya :)
Emang enak digaplok didepan banyak oran? hehe jangan tanya saya coba tanya sama yang kena gaplok..
Oke deh kalau begitu, mangga disimak dan dicermati barangkali ada makna dibalik yang tersirat...
:) salam gaplokxxx ya.
-------------------------------




Dear All,
Pada acara peluncuran buku 'Membongkar Gurita Cikeas' digelar di Doekoen Coffee, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (30/12), banyak kedatangan tokoh2 politik nasional yang terkenal. seperti :artis Ray Sahetapi dan Sys NS, sejarahwan Asvi Warman Adam, Wakil Ketua DPD Laode Ida, paranormal Ki Gendeng Pamungkas, anggota DPR Bambang Soesatyo dan puluhan aktivis lainnya.
Peluncuran buku tersebut juga sempat di demo oleh PENDUKUNG GURITA, eh SBY ding...salah sebut.xixixi

Terjadi ketegangan antara George Junus Aditjondro(GJA) dengan Ramadhan Pohan yang membuat GJA menjadi EMOSI dan memukul Ramadhan dengan bukunya.



Ramadhan langsung melaporkan GJA ke Polda Metro Jaya dengan dalih penganiayaan. GJA terancam KURUNGAN 2 tahun penjara.
Meski begitu GJA langsung dibela oleh 28 pengacara dari berbagai LBH.
Setelah melapor ke Polda, Ramadhan Pohan langsung melakukan Visum ke RS.Jakarta.

Hasil Visum tim Dokter RS.Jakarta adalah:
Setelah dipukul oleh GJA pakai buku "Membongkar Gurita Cikeas" dibagian wajahnya,  maka menurut Visum Dokter RS.Jakarta, Ramadhan Pohan mengalami :
1.  Pendarahan di hidung yang terus mengalir tiada henti. Darahnya pun berwarna aneh, yaitu kuning ke hijau2an.
2.  Nampaknya tulang hidung mengalami penyumbatan pembuluh darah yang berakibat pada hilangnya ketampanan dari korban. Persentasenya mencapai 85%, jadi jelek.
3.   Kumis korban mengalami kerontokan akut.

4.   Pada wajah terdapat Jejak buku terutama gambar GURITA, menempel permanent dan tidak bisa hilang, sehingga korban mengalami GURITANOID. (Trauma melihat Gurita).

5.   Jantung korban juga mengalami gangguan yang mengakibatkan gejala mual,mulas, perut kembung, seperti yang terdapat pada ibu-ibu hamil yang ketubannya pecah.
Sehingga, disarankan kepada korban untuk:
  1. Menghindari makan GURITA dan sejenisnya seperti Cumi cumi, terutama yang berasal dari wilayah CIKEAS BOGOR.
  2. Melakukan bedah plastik pada area muka dan sekitarnya, untuk menghilangkan jejak gambar buku tersebut.
  3. Dirawat inap selama 2 minggu, untuk menghindari adanya pukulan lanjutan dari saudara GJA. atau menunggu emosi GJA sedikit menurun.
  4. Memakai kumis palsu sebagai kompensasi kerontokan kumis akibat pemukulan tersebut. Disertai dengan pemakaian "Lidah Buaya" secara teratur setiap harinya.
  5. Melakukan test kekuatan jantung yang masih shock akibat insiden tersebut dengan cara meledakan petasan cabe rawit sebanyak-banyaknya pada rongga hidung dan mulut.
Semoga lekas sembuh yaa pak
Tim dokter RS.Jakarta Nih Yee.

Repoter Nyamuk melaporkan untuk MPiers

Sumber : http://multiply.com/gi/nyamuklagi:journal:19

Aditjondro Terancam 5 Thn Kurungan

30/12/2009 - 14:59
'Gurita Cikeas' Dipolisikan
Aditjondro Terancam 5 Thn Kurungan
Laela Zahra

(istimewa)

INILAH.COM, Jakarta - Pemukulan yang dilakukan penulis buku 'Membongkar Gurita Cikeas' George Junus Aditjondro terhadap Pemred Jurnas Ramadhan Pohan dibalas dengan pelaporan. Ia pun diancam 5 tahun penjara.

Pohan melaporkan ke Polda Metro Jaya sekitar pukul 15.30 WIB, Rabu (30/12) dengan No-LP:3757/K/XII/SPK Unit III. Dalam laporan tersebut Aditjondro dikenakan pasal 351 KUHP tentang penganiayaan. Ancaman hukumannya adalah lima tahun.

Usai melaporkan anggota Fraksi Partai Demokrat ini, mengaku tidak mempermasalahkan kekerasan fisik yang dialaminya. Menurut Pohan, kekerasan Aditjondro merupakan hal yang biasa. Namun yang dikecewakannya adalah setiap perbedaan pendapat diatasi dengan kekerasan.

"Yang lebih teraniaya itu adalah demokrasi. Kami khawatir kalau ini dibiarkan begitu saja, seolah-olah nanti kalau ada orang berbeda pendapat langsung main tangan, langsung main pukul. Mau dibawa kemana demokrasi kita, kalau setiap perbedaan pendapat diselesaikan dengan kekerasan," terangnya.

Pohan mengaku luka yang dideranya adalah memar dibagian mata kiri. Ia pun berlalu dengan menumpangi mobilnya toyota fortunir hitam B 1998 RP. [jib]

----------------------------

Notes :

Masukkkkkkk....

Pemukulan Aditjondro ke Ramadhan Pohan Saksi: Pohan Dipukul Pakai Kertas

30/12/2009 - 14:10
Pemukulan Aditjondro ke Ramadhan Pohan
Saksi: Pohan Dipukul Pakai Kertas
Irvan Ali Fauzi
Boni Hargens

INILAH.COM, Jakarta - Menurut saksi mata, yang juga pengamat politik UI, Boni Hargens, Ramadhan Pohan dipukul dengan mengunakan kumpulan kertas.

Hal ini diungkapkan Boni usai insiden pemukulan di 'Doekoen Coffee', Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (30/12). " George itu tidak memukul, hanya menepis pakai kertas. Justru tidak kena ke Pohan, dan kena ke saya," ujarnya.

Jika dilihat keadaan peluncuran buku Membongkar Gurita Cikeas di Skandal Bank Century, Aditjondro duduk di sebuah sofa panjang. Posisi duduk Aditjondro tidak di samping Pohan. Ada Boni, dan politisi Hanura Akbar Faisal, di tengah-tengah.

Sepertinya emosi Aditjondro menyulut akibat pernyataan Pohan, yang mengatakan Aditjondro berhalusinasi dalam menulis bukunya. "Anda sudah beberapa kali ngomong seperti itu, kalau tidak suka silakan buat bantahan," ujar Boni meniru pernyataan Aditjondro kepada Pohan.

Seperti diketahui, di buku Aditjondro menyatakan sebelum menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Jurnas, Ramadhan Pohan merangkap sebagai Direktur Opini Publik & Studi Partai Politik Blora Center, think tank Partai Demokrat yang mengantar SBY ke kursi presidennya yang pertama [bar]

-----------------------------------------------------------------------

Kontroversi Buku Membongkar Gurita Cikeas
Kok Grasa-grusu George ???

Membaca dua Bab pertama buku Membongkar Gurita Cikeas, kesan pertama yang muncul adalah ketergesa-gesaan.

Fokus sebenarnya dari serial tulisan George Junus Aditjondro yang telah sering muncul di berbagai media adalah kelihaian dia untuk menelusuri Yayasan-yayasan yang ada di sekitar politik kekuasaan.

Dua bab yang diletakkan dimuka terlihat masih dalam bentuk sketsa analisis, penuh dengan hipotesa pemikiran penulis yang masih harus mencari data pembanding untuk memperkuat tulisannya.

Hal ini dapat dimaklumi karena buku ini sangat berkepentingan untuk mampu menarik perhatian masyarakat yang sedang tertuju perhatiannya pada membesarnya isu skandal Bank Century.

Selebihnya adalah proyek "idealis" George yang memang memiliki ketekunan yang lebih dari peneliti yang lain dalam persoalan mencermati keterkaitan antara bisnis dan kekuasaan di Indonesia.

Jika pembaca buku ini sering membaca tabloid tabloid maupun majalah-majalah yang mengibarkan semangat oposisi terhadap pemerintahan SBY tentu kumpulan tulisan George bukanlah tulisan yang baru muncul.

Rentetan tulisan George, kemunculan dia sebagai narasumber, hingga serial investigasi ala tabloid adalah hal-hal yang dirangkum kemudian dalam buku Membongkar Gurita Cikeas.

Kalau kemudian George merasa bahwa bukunya harus direvisi, tentu saja itu merupakan tanggung jawab George yang mempunya reputasi cukup bagus dalam menyajikan tulisan-tulisan yang penuh dengan data-data investigasi sekunder.

Buku ini jelas dicari karena iklan gratis dari reaksi Presiden SBY yang ternyata tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar terhadap kemunculan berbagai suara kritis yang mengiringi langkah awal kekuasaan keduanya.

Tulisan-tulisan penulis muda dalam majalah Pantau yang pernah terbit beberapa waktu lalu jelas-jelas lebih kokoh dalam cara pandang investigatif dibandingkan dua bab pertama tulisan George Junus dalam buku ini.

Rangkuman obrolan warung kopi mungkin lebih tepat untuk menggambarkan dua bab pertama buku ini.

Bedanya yang melakukan obrolan di warung kopi tersebut adalah orang-orang yang selama ini mempunyai kedekatan dengan lingkar-lingkar kekuasaan maupun kroni-kroni politik yang dalam pernah dekat dengan kekuasaan terdahulu tetapi pada saat ini tidak ikut serta dalam rombongan pesta kabinet SBY jilid dua.

Yul Amrozi (amrozi@gmx.net)

Inilah Bukti Hukum Aditjondro Pukul Ramadhan Pohan

30/12/2009 - 14:44
Inilah Bukti Hukum Aditjondro Pukul Ramadhan Pohan

(istimewa)

INILAH.COM, Jakarta - Dalam foto ini terlihat jelas bahwa George Junus Aditjondro memukul Ramadhan Pohan hingga berdarah.

Peristiwa ini terjadi di sela-sela peluncuran buku Aditjondro di Doekoen Coffee, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (30/12). Sekitar pukul 13.00 WIB, Ramadhan Pohan keluar dari 'Doekoen Coffee'.

"Gua dipukul sama George Aditjondro," katanya singkat kepada INILAH.COM.

Ramadhan Pohan sendiri mengalami luka memar di atas hidung. Namun, pemimpin redaksi Jurnal Nasional, enggan untuk diwawancarai, dan segera meninggalkan 'Doekoen Coffee'.

Terlihat, Ramadhan Pohan berjalan cukup kencang tanpa menghiraukan para wartawan, yang ingin mengambil gambarnya. Ia memberhentikan taksi, dan segera naik.[bar/ims]

Yak, inilah calon Wabup Sukabumi, Ayu Azhari

Ayu Azhari

Ayu Azhari



Inilah Isi Buku - Membongkar Gurita Cikeas

INILAH.COM




INILAH.COM, Jakarta - Buku ini ditulis oleh George Junus Aditjondro. Judul lengkapnya: Membongkar Gurita Cikeas, di Balik Kasus Bank Century. Dilaunching hari Rabu (23/12) di Yogya. Hari Sabtu (26/12), buku yang diedarkan melalui jaringan Toko Buku Gramedia ini ditarik dari peredaran. Inilah cuplikan halaman pertama buku ini.

“Apakah penyertaan modal sementara yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu ada yang bocor atau tidak sesuai dengan peruntukannya? Bahkan berkembang pula desas-desus,rumor, atau tegasnya fitnah, yang mengatakan bahwa sebagian dana itu dirancang untuk dialirkan ke dana kampanye Partai Demokrat dan Capres SBY; fitnah yang sungguh kejam dan sangat menyakitkan….

Sejauh mana para pengelola Bank Century yang melakukan tindakan pidana diproses secara hukum, termasuk bagaimana akhirnya dana penyertaan modal sementara itu dapat kembali ke negara?”

Begitulah sekelumit pertanyaan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pidatonya hari Senin malam, 23 November 2009, menanggapi rekomendasi Tim 8 yang telah dibentuk oleh Presiden sendiri, untuk mengatasi krisis kepercayaan yang meledak di tanah air, setelah dua orang pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) – Bibit S Ryanto dan Chandra M Hamzah – ditetapkan sebagai tersangka kasus pencekalan dan penyalahgunaan wewenang, hari Selasa, 15 September, dan ditahan oleh Mabes Polri, hari Kamis, 29 Oktober 2009.

Barangkali, tanpa disadari oleh SBY sendiri, pernyataannya yang begitu defensif dalam menangkal adanya kaitan antara konflik KPK versus Polri dengan skandal Bank Century, bagaikan membuka kotak Pandora yang sebelumnya agak tertutup oleh drama yang dalam bahasa awam menjadi populer dengan julukan drama cicak melawan buaya.

Memang, drama itu, yang begitu menyedot perhatian publik kepada tokoh Anggodo Widjojo, yang dijuluki “calon Kapolri” atau “Kapolri baru”, cukup sukses mengalihkan perhatian publik dari skandal Bank Century, bank gagal yang mendapat suntikan dana sebesar Rp 6,7 trilyun dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), jauh melebihi Rp 1,3 trilyun yang disetujui DPR‐RI.

Selain merupakan tabir asap alias pengalih isu, penahanan Bibit dan Chandra oleh Mabes Polri dapat ditafsirkan sebagai usaha mencegah KPK membongkar skandal Bank Century itu, bekerjasama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Soalnya, investigasi kasus Bank Century itu sudah didorong KPK (Batam Pos, 31 Agust 2009). Sedangkan BPK juga sedang meneliti pengikutsertaan dana publik di bank itu, atas permintaan DPR‐RI pra‐Pemilu 2009.[bersambung/ims]

Bendera, Semut yang Melawan Ring-1 Istana

INILAH.COM


INILAH.COM, Jakarta - Data yang dilansir lembaga ini mengejutkan. Sederet nama-nama penting di sekitar Istana, disebut telah menerima aliran dana Bank Century. Lengkap dengan jumlah nominalnya. Bendera, sekelompok aktivis yang cari sensasi atau punya misi?

Ruangan tengah di bekas kantor PDI di Jalan Diponegoro 58, Jakarta Pusat agak gerah. Rabu, (2/12), puluhan wartawan berdatangan karena undangan pers yang disampaikan komunitas Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera).

Kelompok ini tiba-tiba ngetop. Tiga hari lalu, mereka melansir data yang mengejutkan. Yaitu, Daftar Penerima Aliran Dana Bank Century.

Hebatnya, versi Bendera, data penerima itu disertai lengkap dengan angka nominal yang diterima. Mulai dari Partai Demokrat, Djoko Suyanto, Edi Bhaskoro Yudhoyono, Trio Mallarangeng sampai pengusaha Hartati Murdaya.

Efeknya ampuh. Komunitas Bendera langsung melejit dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya.

Mustar Bonaventura, lelaki berusia sekitar 30 tahun, yang mengaku sebagai aktivis Jakarta, adalah koordinator Bendera. Saat menggelar jumpa pers sekitar pukul 12.30 WIB, Bona yang berkacamata terlihat tegang.

Di sampingnya, Ferdi Semaun, pria muda tinggi kurus dan berjenggot. Semua wartawan menanyakan hal yang sama: Siapa sumber Bendera hingga bisa tahu angka dan nama penerima aliran dana Bank Century?

''Begini. Sebenarnya, data yang kami lansir itu bukan data Bendera. Tapi dari jaringan aktivis '98 yang tersebar di Jakarta-Bandung-Bogor-Cianjur-Cirebon. Mereka yang memiliki data itu,'' kata Bona.

Jadi, data itu hanya sensasi?

''Data itu kami dapat dari jaringan itu. Mereka melakukan investigasi,'' kata Mustar Bonaventura, berusaha meyakinkan wartawan.

Siapa informan mereka?

''Ya, banyak. Itu strategi kami. Kami tidak bisa buka. Itu strategi perjuangan. Banyak senior kami yang sekarang sudah menjadi profesional. Malah ada juga yang pengurus parpol,'' kata Mustar.

Parpol apa?

''Lintas parpol. Ada di Golkar. Ada di PPP. Ada di PDI-P. Di Partai Demokrat juga ada,'' tegas Mustar lagi.

Wartawan mulai gelisah. Komunitas yang telah dilaporkan oleh Edi Bhaskoro, Hatta Rajasa, Trio Mallarangeng dan Djoko Suyanto ke Polda Metro itu, terlihat tidak bisa menunjukkan data yang konkrit. Mereka lebih banyak bicara pada tataran ideologis.

Ketika ditanya: apa yang Anda lakukan kalau dipanggil polisi karena telah melansir data yang tidak valid?

Dengan tegas, Mustar berkata:''Kami tidak akan memenuhi panggilan polisi, sebelum Sri Mulyani dan Boediono ditangkap.''

''Kami tahu, kami ini hanya sekelompok aktivis yang peduli terhadap nasib bangsa. Kami tidak seperti Bibit-Chandra yang punya kenalan menteri. Kami ini cuma aktivis yang kenal buruh, petani dan kaum miskin. Tapi, kami siap melawan ketidakadilan,'' kata Adian Napitupulu, moderator acara, mantan aktivis Forkot 98.

Jumpa pers berlangsung tanpa diskusi panjang. Di dinding ruang bekas kantor PDI, terpajang kain putih yang dicat merah. Tulisannya: Lawan Kriminalisasi Informasi Semut Vs Gajah![ims]

BrainScannr - Ayu Azhari


BrainScannr - Effendy Gazali


BrainScannr - Antasari Azhar


Antasari Azhar, Riwayatmu sampai mana?

azhar2.jpeg (JPEG Image, 877x658 pixels) - Scaled (82%)

Kabut Antasari


Media Indonesia

PARA eksekutor Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, telah divonis hakim Pengadilan Negeri Tangerang. Mereka dihukum antara 17 tahun dan 18 tahun penjara. Vonis itu jauh lebih ringan daripada tuntutan jaksa yang menginginkan kelima terdakwa dihukum seumur hidup. Salah satu pertimbangan yang meringankan, menurut hakim, adalah para terdakwa berada dalam tekanan menjalankan 'tugas negara'. Tugas yang ternyata masih menimbulkan perdebatan sampai hari ini.

Bila terhadap eksekutor hakim telah menjatuhkan vonis, berarti persidangan menghadirkan bukti yang mencukupi untuk meyakinkan majelis bahwa telah terjadi perbuatan melawan hukum. Bagaimana dengan terdakwa lain yang dituduh sebagai aktor intelektual?
Persidangan mereka masih berlangsung. Mereka adalah Antasari Azhar, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Kombes Wiliardi Wizard seorang polisi yang masih aktif dan telah beberapa kali menjadi kapolres. Lalu, Sigid Haryo Wibisono, pengusaha yang menggelontorkan dana operasi 'tugas negara'.

Dari tiga terdakwa yang dituduh sebagai <i>intellectuele dader, kasus Antasari menarik perhatian. Tidak semata karena dialah tokoh publik yang terhormat karena memimpin lembaga KPK yang berwibawa, tetapi dalam kasusnya terselip roman dengan seorang wanita Rani Juliani.

Kita tidak hendak mengupas materi karena itu adalah wilayah hakim dan persidangan. Tetapi, yang memikat masyarakat awam adalah kegelapan yang masih menyelimuti kasus Antasari. Itulah sebabnya editorial ini diberi judul <i>Kabut Antasari.
Sebuah pengadilan yang menyidangkan tindak kejahatan lazim diliputi kegelapan. Gelap karena mereka yang dituduh bersalah berusaha sekuat tenaga menyembunyikan kesalahan, sedangkan jaksa dan polisi harus berusaha sekuat tenaga membuktikan agar kebohongan dibongkar.

Kegelapan semakin pekat ketika sebuah tindak kejahatan melibatkan banyak orang. Dalam kasus Antasari publik mendengar berbagai keterangan di persidangan yang menimbulkan tanda tanya. Tanda tanya tentang sosok Rani Juliani yang bisa dijebak suaminya sendiri ketika berada di kamar sebuah hotel dengan Antasari. Lalu mengapa pembicaraan tentang ajakan Rani agar Antasari melanjutkan keanggotaan klub golf, tempat Rani bekerja, direkam diam-diam oleh Rani?

Sebuah pertanyaan baru juga muncul menyelimuti. Jaksa menggunakan SMS--<i>short message service--ancaman dari ponsel Antasari ke ponsel Nasrudin sebagai bukti yang menguatkan. Tetapi jaksa tidak bisa menunjukkan nomor yang dimaksud di hadapan persidangan.

Bahkan dua saksi ahli teknologi informasi yang dihadirkan di persidangan tidak menemukan SMS yang dimaksud itu. Padahal, mereka dengan kemampuan ilmu pengetahuan yang dimiliki bisa melacak andaikata SMS itu memang ada. Inilah sekadar contoh dari banyak hal serupa yang menyelimuti kasus Antasari. Sampai-sampai Antasari kini bertanya-tanya, mengapa dia sering disadap? Ada apa ini semua?

Presiden Prihatin terhadap Buku George Aditjondro

Media Indonesia

Presiden_Prihatin_terhadap_Buku_George_Aditjondro

BOGOR--MI: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono prihatin atas buku karya George Aditjondro, meski demikian tidak ada perintah dari Kepala Negara untuk menarik buku itu dari peredaran.

Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, di kediaman pribadi Presiden Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Sabtu (26/12).

"Presiden sangat prihatin dengan munculnya buku tersebut. Jadi memang dari George Aditjondro menulis buku yang berjudul Membongkar Gurita Cikeas: Dibalik Skandal Century. Itu sangat kontroversial. Kami sedang mempelajari isi keseluruhan buku tersebut," katanya.

Julian menambahkan, Presiden masih mendalami isi buku tersebut, namun belum memberikan reaksi apapun. "Sejauh ini tidak. Tidak ada arahan atau instruksi Presiden untuk menarik buku itu," kata Julian.

Ketika ditanya apakah ada bagian yang mengkhawatirkan Presiden dari isi buku itu, Julian mengatakan hal tersebut tidak ada, namun ada hal yang membuat Presiden prihatin.

"Buku tersebut 'kan menyebutkan beberapa hal. Terkait empat yayasan yang ada di bawah Presiden Yudhoyono, yaitu Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Kepedulian dan Kesetiakawanaan, Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam dan Yayasan Mutumanikam Nusantara. Di sana disebutkan dengan fakta-fakta yang sepertinya tidak akurat, tidak mengandung kebenaran yang hakiki. Ini yang diprihatinkan Presiden," katanya.

Julian menambahkan, hingga saat ini belum ada rencana Presiden untuk menempuh jalur hukum. "Karena buku itu telah dirilis dan dipublikasikan di publik, maka yang akan diminta nanti pertanggungjwabannya adalah sejauhmana keotentikan, validitas data dan kalau perlu sampai proses apa metodelogi yang digunakan sehingga Pak Aditjondro sampai pada kesimpulan yang disampaikan di buku tersebut," tegas Julian. (Ant/OL-04)

Cawabupnya Seksi, FUI Tuding PDIP Pengkhianat

INILAH.COM -



INILAH.COM, Jakarta - Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khaththath mengimbau PDIP, untuk tidak mendukung Azu Azhari sebagai Calaon Wakil Bupati Sukabumi. Karena, jika jabatan diberikan kepada yang tidak tepat, maka akan datang kehancuran.
"Partai-partai politik sekarang kan banyak yang pragmatis. Hanya karena popularitas maka seseorang di dukung," ujarnya kepada INILAH.COM, Jakarta, Jumat (25/12).
Padahal, sambungnya, jika mengacu pada hadist Nabi yang mengatakan barang siapa mengangkat seseorang menjadi pemimpin padahal ada orang lain yang lebih layak dan alim, maka diingatkan oleh rasul sebagai sebuah pengkhianatan.
"Faktornya apa sih, popularitas? Ingat Nabi sudah berpesan jika hanya karena demikian itu adalah penghianatan. Sebab hasilnya kalau tidak tepat maka semuanya bisa rusak, ya politik, sosial, budaya semua dan korbannya kembali adalah rakyat," tegasnya.
Untuk itu dirinya mengimbau kepada PDIP maupun partai lain untuk memilih seorang pemimpin yang ahli, amanah dan takwa sehingga tercapai masyarakat yang takwa, adil dan makmur.
"Ingat juga apa bila suatu jabatan diberikan tidak pada ahlinya, tunggu saja kehancuran yang pasti akan datang. Cukup sudah berbagai masalah bangsa yang ada saat ini," imbuhnya. [bay/mut]

Ruhut Sitompul waktu itu

INILAH.COM - Karikatur

Centuty memang Superfull!

INILAH.COM - Karikatur

Archives