Gus Dur Wafat, Pluralisme di Indonesia Terancam

Republika Online

YOGYAKATA--Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan kekhawatirannnya pasca meninggalnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) karena tidak ada lagi yang menjaga pluralisme di Indonesia. ''Ya saya khawatir akan terancamnya pluralisme di Indonesia setelah Gus Dur meninggal, karena dia merupakan sosok idealis dalam hal demokrasi dan juga sebagai penjaga pluralisme di Indonesia,''kata Sultan di Kepatihan Yogyakarta, Kamis (31/12).

Apalagi, kata dia, elit politik sekarang cenderung mengutamakan pendekatan ekonomi. Padahal menggunakan pendekatan kebudayaan dan mengutamakan peradaban itu lebih penting daripada sekadar membuat orang sejahtera. Dan, elit politik juga cenderung menggunakan pendekatan politik semata.

Menurut Sultan, hingga saat ini belum ada satu pun tokoh di Indonesia yang muncul untuk menggantikan posisi Gus Dur. ''Kita kehilangan orang besar yang selama ini mengidealisasikan demokrasi dan pluralisme,'' kata salah satu tokoh reformasi nasional ini.

Pasca meninggalnya Gus Dur, di Yogyakarta ada berbagai kegiatan maupun kreasi sebagai ungkapan berduka cita, antara lain: di titik nol kota Yogyakarta (di depan Gedung Agung), patung kepala Gus Dur yang merupakan karya biennale ditaburi bunga mawar dan di depan patung tersebut diletakkan sebuah krans bunga berduka cita dengan ucapan,"Gus Dur, selamatkan bangsa ini di alam sana. Biennale Jogja Turut Berduka". Sementara itu di depan Tugu Jogja ada doa untuk Gus Dur yang disinari cahaya lilin kemanusiaan untuk mengiringi kepergian Gus Dur. nri/kpo

No comments:

Archives