Presiden: Selamat Jalan Bapak Pluralisme

Republika Online

Presiden: Selamat Jalan Bapak Pluralisme

JOMBANG--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai bapak pluralisme dan multikulturalisme di Indonesia. Karenanya, presiden menegaskan jika bangsa Indonesia telah kehilangan salah satu putra terbaik bangsa, seorang guru dan bapak bangsa, serta negarawan yang terhormat. “Selamat jalan Bapak Pluralisme kita,” ucap Presiden SBY menutup sambutannya usai pemakaman jenazah Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Kamis (31/12).

Presiden menjelaskan, Gus Dur yang wafat dengan tenang pada Rabu (30/12) petang pukul 18.45 WIB di RSCM, Jakarta, merupakan sosok yang sepanjang hayatnya mengabdikan diri untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Sejarah bangsa, kata SBY, telah mencatat Gus Dur telah memberikan pengabdian terbaiknya untuk kehidupan agama dan negara melalui organisasi Islam terbesar di negeri ini, Nahdlatul Ulama.

Dikatakan, selama 15 tahun sejak 1984 sampai 1999, Gus Dur adalah Ketua Umum PBNU yang merupakan organisasi bentukan kakeknya sendiri, Hasyim Asyari. Kiprah Gus Dur dalam pentas politik nasional, lanjut SBY, dimulai saat Gus Dur bersama para ulama NU lainnya mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa. “Partai yang sampai saat ini ikut memperjuangkan kemajuan bangsa atas dasar Islam dan kebangsaan,” imbuh presiden.

Tak hanya di pentas nasional, kiprah Gus Dur dalam perkembangan Islam dan demokrasi di Indonesia juga mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia. Dunia internasional, kata SBY, mengakui Gus Dur sebagai figur berpengaruh yang senantiasa mendorong perkembangan Islam di lingkungan warga nahdliyyin dan Indonesia.

“Kepercayaan almarhum terhadap Islam sebagai sumber universal dan peradaban, telah memberikan inspirasi bagi kita semua. Keyakinannya terhadap Islam sebagai sumber keselamatan, kedamaian, dan keadilan, telah menginspirasikan almarhum menjadi pemimpin negara yang besar,” papar presiden.

SBY pun menyebutkan jika Gus Dur adalah peletak dasar perkembangan awal demokrasi di Indonesia melalui pembentukan Forum Demokrasi bersama beberapa tokoh lainnya pada tahun 1990. “Forum Demokrasi telah menyemaikan gagasan-gagasan dan strategi tentang demokrasi dan pembangunan.”

Selama masa sebelum dan masa reformasi, kata presiden, Gus Dur adalah tokoh kunci yang mendorong transisi demokrasi secara lebih terlembaga dan terkonsolidasi. Gus Dur benar-benar menghayati Bhinneka Tunggal Ika yang menguatkan kehormatan Indonesia sebagai bangsa kemajemukan yang besar. “Beliau adalah pejuang reformasi dengan gagasan-gagasan universal tentang pentingnya bansga yang beragam menghormati dan menghargai kemajemukan. Ucapan, sikap, dan perbuatan beliau benar-benar membuktikan hal itu,” ucap SBY.

Saat menjabat sebagai Presiden RI pada kurun waktu 1999-2001, lanjut presiden, Gus Dur telah menetapka kebijakan yang tidak saja mengakhiri diskriminasi terhadap kaum minoritas, namun menegaskan jika negara memuliakan berbagai bentuk kemajemukan. Kebijakannya memberikan dasar yang kuat untuk perkembangan masyarakat dan bangsa yang dilandaskan demokrasi dan semangat persatuan. “Kita patut mengakui begitu banyak jasa yang almarhum berikan pada bangsa dan negara.”

Pada bagian akhir sambutannya, SBY tak lupa mengajak kepada seluruh elemen bangsa untuk mendoakan Gus Dur agar ditempatkan bersama golongan orang-orang terhormat di sisi Allah SWT.
“Sebagai manusia biasa, layaknya seorang pemimpin, Gus Dur tak luput dari kekhilafan. Tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Sebagai bangsa yang berjiwa besar, kita patut mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang mendalam kepada almarhum,” tandas SBY seraya berdoa agar keluarga yang ditinggalkannya mendapatkan kesabaran. EH Ismail/kpo

No comments:

Archives