Lupa, 2 Jendral Beriklan jadi Presiden

15/07/2008 11:47

Lupa


Ada dua jenderal yang beriklan. Mereka sedang bersiap menuju 2009.
Wiranto, mantan panglima TNI lebih dulu meretas jalan dengan mendirikan
partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Senin kemarin, giliran seterunya di
militer yakni Prabowo Subianto mendeklarasikan pencalonan dirinya sebagai presiden melalui partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).



Prabowo, terpental dari jabatannya sebagai Panglima Komando Strategis
Angkatan Darat (Kostrad), pasca terungkapnya penculikan aktivis
mahasiswa. Prabowo yang kala itu menjabat sebagai Panglima pasukan elit
Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dianggap ikut bertanggungjawab atas
penculikan aktivis mahasiswa yang dilakukan oleh Tim Mawar
Kopassus.



Kasus ini akhirnya menamatkan karir militer Prabowo, yang dulu sempat
disebut sebagai salah satu perwira dengan masa depan gemilang.
Terpental dari militer, Prabowo relatif menghilang dari panggung
politik. Ia menjalankan bisnis keluarga bersama sang adik Hasyim
Djojohadikusumo.



Belakangan ia beriklan. Di layar kaca Prabowo menjanjikan kebangkitan
Indonesia. Macan yang ia sebut selama ini tidur panjang. Indonesia yang
kaya, kata Prabowo tapi rakyatnya terutama kaum tani dan nelayan, hidup
dalam kemiskinan. Prabowo memang tak pernah bisa lepas dari
politik. Terpental dari militer, Prabowo memimpin Himpunan Kerukunan
Tani Indonesia atau HKTI.



Lain lagi cerita Wiranto. Lepas dari militer, Wiranto mencoba
peruntungan lewat Pemilu 2004. Ia maju sebagai calon presiden
berpasangan dengan mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) Salahudin Wahid. Pasangan yang kala itu bagi beberapa
pihak dianggap ganjil, karena sebelumnya Wiranto berkali-kali menolak
diperiksa Komnas HAM terkait kasus pelanggaran hak asasi manusia di
Timor timur. Dengan bercanda, Wimar Witoelar, dalam sebuah diskusi
menyebut pasangan ini ibarat Tom and Jerry. Kini Mr. Whiskey, begitu ia
biasa dipanggil, akan kembali maju dalam pencalonan presiden lewat
partai Hanura.



Wiranto juga beriklan. Ia bicara soal kemiskinan, bahasa popular yang
mudah dimengerti orang banyak. Dalam sebuah kunjungan, ia bahkan sempat
memakan nasi aking, sebagai simbol empati kepada rakyat miskin.



Sama seperti Prabowo, masa lalu yang gelap juga menghantui Wiranto.
Hari ini Komisi Kebenaran dan Persahabatan mengumumkan laporan mengenai
pelanggaran hak asasi manusia pasca jajak pendapat di Timor-Timur. Nama
Wiranto kembali disebut-sebut.



Milan Kundera (The Book of Laughter and Forgetting,
1979) pernah berujar, "Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah
perjuangan ingat melawan lupa." Iklan bisa menjadi bagian dari
"politik lupa," yang mengajak kita memalingkan wajah dari masa lalu
yang kelam dan melupakan rasa sakit yang muncul dari mereka yang
menjadi korban.





Andy Budiman

Asisten Produser "Topik Minggu Ini"

No comments:

Archives