Inilah Pidato Bung Karno untuk Malaysia

Senin, 30 Agustus 2010 - 14:03 wib
TB Ardi Januar - Okezone

blogspot (ilustrasi)
JAKARTA – Perseteruan antara Indonesia dan Malaysia kembali mencuat. Ketegagan negeri serumpun kali ini dipicu dari ditangkap dan disiksanya tiga petugas kelautan Indonesia oleh kepolisian Malaysia.

Kejadian ini mengingatkan kita akan sejarah. Dimana, pada tahun 1962-1966 Indonesia juga sempat terlibat cekcok dengan Negri Jiran. Kala itu, persoalan dipicu ulah Malaysia yang dahulu dikenal dengan Persekutuan Tanah Melayu ingin menggabungkan Brunei, Sabah, dan Serawak menjadi Federasi Malaysia.

Tindakan tersebut, sontak saja dikecam oleh Presiden Indonesia yang kala itu dijabat Soekarno. Bung Karno menilai, Malaysia adalah boneka Inggris, dan langkah tersebut akan mengganggu keamanan di Indonesia. Bung Karno memproklamirkan gerakan ”Ganyang Malaysia” melalui pidato bersejarah pada 12 April 1963. Berikut kutipan pidato Sang Proklamator Indonesia tersebut;

Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!

Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu.

Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.

Serukan serukan ke seluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.

Yoo... ayoo... kita... Ganjang...
Ganjang... Malaysia...
Ganjang... Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!


Menyikapi pidato Bung Karno, Malaysia pun murka. Mereka mendemo Kedubes RI di Kualalumpur dan merobek-robek foto Soekarno. Bahkan, demonstran juga sempat membawa lambang burung garuda kepada Tunku Abdul Rahman dan meminta agar dia menginjaknya.

Namun, polemik tersebut mereda setelah posisi Soekarno digantikan Soeharto. Pada 28 Mei 1966, Indonesia dan Malaysia pun sepakat untuk berdamai, dan penandatanganan perdamaian dilakukan pada 11 Agustus.

http://multiply.com/gi/sudarjanto:journal:17066

2 comments:

filsafat said...

rakyat indonesia dulu dan kini masih ok harga diri semangat nasionalisme belum luntur.tapi sekarang rakyat tidak dapat berharap bnyak kalau masih bnyak pejabat yang koruppp...

filsafat said...

Gang motor berbuat anarkis meresahkan masyarakat, merepotkan Polisi.
Suato protes sosial (pesan negatip) kepada Pemerintah dan lingkunganya oleh suatu kelompok anak muda yang sebagian besar anak pengangguran : kenapa kami ini menganggur susah cari kerja, kenapa kami ini di cap sebagai sampah masyrakat. Inilah kami, anarkisme,membuat keributan, menganggu kenyamanan masyarakat, memang pekerjaan kami sebagai sampah. Berilah kami solusi jalan yang terbaik yang bermartabat seperti bapak bapak ibu ibu yang cita citakan.

Archives