Tokoh Pencetus OPM Tiba di Jayapura

 

23 Maret 2009 10:09:36

Tokoh Pencetus OPM Tiba di Jayapura

Sempat Mencium Tanah, Pertanda Terharu ( Sempat Disambut Demo Puluhan Massa)

SENTANI- Nicholas Jouwe, yang dikenal sebagai pencetus gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan bendera Bintang Kejora Ahad (22/3) kemarin, akhirnya tiba di Bandara Sentani, menggunakan jasa penerbangan Garuda Indonesia.
Tokoh Nasionalis Papua Barat itu, datang bersama 2 anaknya Alexander Jouwe dan Nancy Leilani Jouwe, didampingi oleh Gubernur Provinsi Papua Barnabas Suebu SH.


Selain Gubernur Provinsi Papua, juga terlihat 2 pencari suaka yang sebelumnya telah memilih kembali ke Pangkuan Ibu Pertiwi yakni Frans Alberth Yoku dan Nikko Meset. Mereka turut bersama-sama dengan Nicholas Jouwe menuruni tangga pesawat penerbangan utama milik negara kesatuan Republik Indonesia itu.


Kedatangan tokoh yang cukup keras menentang perebutan kekuasaan Indonesia dengan kolonial Belanda atas Papua Barat yang berakhir tahun 1969 ini, disambut ratusan warga, yang didominasi oleh kerabat keluarga dengan penuh isak tangis karena telah berpisah puluhan tahun, serta belasan media masa, baik cetak maupun elektronik domestik dan manca negara, dibawah pengawasan ketat pihak berwajib berseragam lengkap dan berpakaian preman.


Saat menginjakkan kakinya di landasan parkir (aphron red), Nicholas Jouwe dikalungi krans bunga dan disambut tarian penyambutan ala suku Kayo Pulo. Dan setelah beberapa meter melangkah Nicholas Jouwe langsung tersungkur ke tanah dan mencium tanah pertanda terharu, karena telah kembali menginjakkan kakinya di bumi Cenderawasih.


Dari sudut mata Nicholas yang tertutup kaca mata sombar terlihat beberapa tetes air mata keluar dari kelopak matanya. Nicholas kemudian dibopong kembali berdiri oleh putrinya Nancy Leilani, dan selanjutnya menuju ruang VIP berdampingan dengan Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu SH.

Sayangnya saat memasuki ruang VIP bandara Sentani wartawan tidak diperbolehkan melakukan peliputan oleh petugas yang melakukan penjagaan ketat. Kebijakan pengamanan tersebut ternyata dianggap berlebihan oleh komunitas kulih tinta ini, karena menurut mereka tidak ada aturan khusus yang melarang kaum jurnalis ini untuk melakukan peliputan terhadap tokoh manapun, apalagi moment ini merupakan konsumsi publik, terutama masyarakat Papua yang ingin mengetahui secara jelas maksud kedatangan Nicholas ke Papua.


Wartawan lokal semakin kecewa lagi ketika petugas membiarkan 4 orang wartawan asing memasuki ruang VIP untuk melakukan peliputan sementara yang lainnya tidak diperbolehkan untuk masuk. Sementara itu kedatangan tokoh yang dikhabarkan sudah dua kali gagal datang ke Papua ini diwarnai aksi unjuk rasa oleh belasan massa yang menuntut agar Nicholas bertanggung jawab terhadap apa yang telah dicetusnya itu. Maksud kelompok massa tersebut sudah tersirat melalui dua pamflet yang bertuliskan "Selamat datang, segera akhiri sejarah penindasan" dan "ko yang awal ko yang akhir Wellcome".


Kelompok massa tersebut mendapat penjagaan ketat oleh petugas, sehingga mereka hanya mengekspresikan aksinya itu di luar pagar halam ruang VIP. Koordinator unjuk rasa Viktor Yeimo kepada wartawan menegaskan, Nicholas Jouwe harus bertanggung jawab dengan apa yang telah diprakarsainya itu, yakni niat mendirikan negara Papua Barat (West Papua).


Karena apa yang telah dicetusnya hampir 6 dekade silam telah tertanam di seluruh sanubari orang Papua secara turun temurun, dan terlebih tragis lagi jutaan orang telah dibunuh diatas tanah airnya sendiri, karena vokal dengan konsep aspirasi yang dicetus oleh Nicholas Jouwe.
Bukan hanya itu lanjutnya, ribuan warga pribumi harus lari meninggalkan tanah airnya sendiri (suaka) untuk menghindar dari ancaman penjara badan dan pembunuhan dari aparat kemanan. "Dia (Nicholas Jouwe red) harus bertanggung jawab dengan apa yang telah diprakarsainya, karena hingga saat ini jutaan orang telah dipenjara bahkan mati karena memperjuangkan konsep perjuangan yang telah dicetus olehnya," tegas pemuda yang vokal dengan tuntutan politis masyarakat Papua ini


Untuk itu tidak ada kata menyerah apalagi sampai ingin melenyapkan konsep tersebut, karena konsep yang kini telah menjadi sebuah perjuangan orang Papua itu telah mencatat sejumlah goresan panjang yang tidak mungkin terlupkan. Dan tokoh seorang Nicholas Jouwe bukan tokoh sembarangan yang mudah menyerah seperti dua pendahulunya Frans Albert Yoku dan Niko Meset. Viktor juga menegaskan agar Frans A Yoku dan Niko Meset supaya tidak mempolitisir kedatangan Frans Jouwe untuk kepentingan pribadi. Karena kedatangan Nicholas Jouwe murni untuk melihat kembali tanah Papua. Selanjutnya Nicholas dikabarkan akan menginap di Swiss Bell Hotel Jayapura. (jim

No comments:

Archives