Situ Gintung Jebol, Pemerintah Digugat

Refeleksi : Pemerintah akan pasti menang, seandainya  digugat  tanggung jawabnya, karena alpa melindungi  keselamatan  penduduk dari malapetaka berdasarkan  usulan  yang diajukan 3 tahun lalu. Kasus lumpur Lapindo yang sampai saat ini tak selesai adalah salah satu contoh.
 


Situ Gintung Jebol, Pemerintah Digugat

Sabtu 28 Maret 2009, Jam: 9:49:00
TANGERANG (Pos Kota) – Tanggul penahan Situ Gintung di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (27/3) subuh, jebol. Ratusan juta kubik air tumpah bagaikan banjir bandang menghancurkan dua ratus lebih rumah, menenggelamkan sedikitnya 58 nyawa manusia dan menghanyutkan puluhan mobil serta sepeda motor.

Warga menganggap peristiwa tersebut sebagai musibah yang harus diterima. Namun tak sedikit pula yang menilai bencana ini seharusnya tak perlu terjadi dan mereka siap menggugat pemerintah dan Pemda Kabupaten Tangerang. Pasalnya warga sejak 3 tahun lalu telah mendesak pemda setempat untuk memperbaiki situ tersebut.

"Perbaikan tanggul atau pondasi sekeliling situ yang mengaliri air ke anak Kali Pesanggrahan sudah diminta warga sejak tiga tahun lalu tapi tak pernah ditanggapi serius," tutur Yadi, warga Poncol, Cirendeu.

Ia pun mendesak pemerintah harus bertanggung jawab terhadap musibah ini. Menurut Yadi, kondisi tanggul Situ Gintung yang dibangun tahun 1923 itu memang sudah mengkhawatirkan dan mendesak untuk diperbaiki. Terutama saluran air di bagian bawah situ yang berperan mengalirkan air dari danau ke anak Kali Pesanggrahan.

"Kondisi tanggul susah sangat mengkhawatirkan karena sejak jaman Belanda belum pernah diperbaiki," kata Maruf, warga RT 01/08, Kel. Gintung, Ciputat, yang sudah 28 tahun lebih tinggal di pinggir situ.

Saluran air di bawah situ menjadi satu-satunya jalan mengalirkan air ke anak Kali Pesanggrahan jika debit air telah melampaui batas. Maka ketika hujan deras pada Kamis (26/3) melanda kawasan tersebut, danau yang berkapasitas 625 juta M3 itu tak lagi mampu menampungnya. Saluran di bawah situ pun amblas dan tanggul penahan situ setinggi 25 meter jebol.

Warga mengaku heran mengapa pemerintah tak tanggap dengan kondisi tanggul yang sudah dilaporkan itu. Parahnya, kata Ma'ruf, sejak setahun lalu sekeliling situ dibangun jalan setapak untuk jogging dan rekreasi yang diduga membuat tanggul semakin lemah.

"Dulu jika situ meluap, air bisa mengalir ke irigasi warga. Tapi akhir-akhir ini tak bisa lagi. Air hanya bisa keluar lewat satu jalan yaitu gorong-gorong di bagian bawah yang kondisinya sudah tua," katanya.

Warga di tiga kampung yang terkena terjangan air bah dari Situ Gintung ini yakni Kampung Gunung, Poncol dan Situ Gintung, juga meminta Pemda Kabupaten Tangerang bertanggung jawab atas segala kerugian yang diderita warga.

"Kami siap menuntut Pemda Kabupaten Tangerang agar secepatnya membangun rumah-rumah kami, tentunya setelah tanggul itu diperbaiki," kata Ny. Intan, warga perumahan Pratama Hill, Cirendeu, Ciputat.

Intan mengaku seluruh perabot rumahnya baik elektronik maupun kendaraan pribadi terendam air. "Untuk mobil mungkin masih bisa melalui asuransi, tapi rumah dan barang-barang lain bagaimana?" imbuhnya.

Slamet Daryoni, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jakarta, mengatakan berbagai bencana yang ada akibat kelalaian manusia. "Alam dieksploitasi sedemikian rupa tanpa memperhatikan lingkungan,"katanya.

Ia menyebut berubahnya fungsi lahan hijau untuk bisnis dan permukiman mewah menyebabkan bencana di mana-mana. "Kita juga melihat betapa hutan di hulu sungai dibabat untuk pemukiman. Akibatnya ya banjir di mana-mana. Sudah saatnya, pemerintah mengatur masalah tersebut,"tandasnya.

Kasus jebolnya tanggul Situ Gintung, harus menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah

86 TAHUN BELUM PERNAH DIRENOVASI
Walikota Tangerang Selatan HM Shaleh yang ditemui di lokasi musibah menuturkan seputaran situ yang memiliki luas 21,4 hektar sejak tahun 2008 telah ditinggikan dan ditanami pohon oleh pemerintah pusat dengan memanfaatkan dana pencegahan banjir. Dananya mencapai Rp125 miliar untuk seluruh wilayah Jabodetabek. Namun, diakuinya, tanggul Situ Gintung yang usianya sudah 86 tahun itu tidak direnovasi. Sementara pejabat PU Pengairan Propinsi Banten, Win Maryono, mengutarakan sesuai perintah Menteri PU pintu air Situ Gintung yang jebol akan dibangun kembali. "Besaran anggarannya belum tahu, tetapi yang penting segera diperbaiki dahulu."

Menanggapi peristiwa ini, Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, mengatakan pihaknya telah menugaskan tim pengaman bendung untuk mengevaluasi kondisi seluruh situ yang ada di kawasan Jabodetabek.

"Jumlah situ yang berada Jabodetabek mencapai lebih dari 200 buah," kata menteri usai meninjau Situ Gintung kemarin.

Djoko menegaskan tidak ada persoalan terkait dana penanganan darurat maupun permanen. "Departemen PU mempunyai cukup dana untuk melakukan kedua hal tersebut," jelasnya.

Menurut Kepala Balai Wilayah Sungai Cidurian-Cisadane Provinsi Banten, Djoko Suryanto, Situ Gintung tahun 2008 termasuk dari 11 situ yang direhabilitasi. Hanya saja, dalam skala kecil berupa perkuatan tepi situ, sebagai pengamanan dari longsor.

Menurutnya, Situ Gintung ini sedikit berbeda dengan kebanyakan situ-situ yang ada di Jabodetabek. Bedanya situ-situ lain tidak didesain sebagai bendungan, melainkan hanya tempat penampung air.

Perbaikan darurat terhadap jebolnya Situ Gintung dilakukan dengan menggunakan bronjong dan karung pasir. Sedangkan perbaikan permanen diperkirakan akan selesai dalam waktu satu tahun. "Saat ini karung-karung pasir dan bronjong sudah ada di lapangan, upaya penanganan darurat akan mulai dilakukan hari ini juga," kata Djoko Kirmanto.

BAGAIKAN TSUNAMI DI ACEH
Musibah jebolnya tanggul Situ Gintung digambarkan warga bagaikan tsunami kecil. "Saya merasa seperti tsunami di Aceh saja," kata Ny. Kardiah, 40, warga Poncol.

Wanita ini mengaku saat air bah meluluhlantakkan rumahnya, ia baru saja menunaikan salat subuh. "Habis salat saya bikin nasi goreng buat sarapan anak. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh keras sekali."

Ia sambil menggandeng anaknya lalu berlari menyelamatkan diri. Dari tempat yang lebih tinggi ia melihat arus air sangat deras dan tingginya mencapai 3 meter langsung menyapu apa saja yang ada di depannya.

Terjangan ratusan juta kubik air itu bahkan langsung meruntuhkan rumah bertingkat 2 milik Mulyadi yang berjarak 50 meter dari Situ Gintung. Selanjutnya ratusan rumah di RT01, 02, 03, dan 04 di RW 08 Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, yang berada di bawah situ sepanjang 2 kilo meter lebih itu tersapu begitu saja bagaikan sampah sungai.

TK Paud Muhammadiyah, Kampus STIE Ahmad Dahlan dan gedung rektorat dan sejumlah fakultas di Universitas Muhammadiyah juga diobrak-abrik oleh derasnya air bah termasuk rumah-rumah mewah di kompleks Cirendeu Permai, Perumahan Permata Hill dan Cirendeu Elok.

Teriakan minta tolong yang memilukan pun menggema bersamaan dengan menerobosnya air ke rumah-rumah penduduk. Setengah jam kemudian, ketika matahari mulai menampakkan sinarnya, barulah terlihat pemandangan yang menyedihkan.

Mayat-mayat terlihat nyangkut di pepohonan dan tertimpa reruntuhan rumah. Mobil dan motor terbawa arus hingga ratusan meter dan nyangsang di berbagai tempat seperti pohon atau atap rumah warga. Ratusan warga terlihat panik dan berlarian meyelamatkan diri.

Di antara puing-puing bangunan dan lumpur serta batu yang berserakan itu, dua buah mesjid yakni Attaqwa, Al Muhajirin, dan satu musala Nurul Iman ternyata masih berdiri kokoh.

Kerugian akibat musibah ini diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah. Korban yang meninggal dunia hingga pukul 21:00 tercatat 58 orang, 170 luka-luka dan puluhan orang masih dalam pencarian.

"Bagi warga yang rumahnya rusak akan diberi bantuan dana oleh pemerintah pusat. Untuk rumah permanen Rp30 juta dan rumah semi permanen Rp15 juta. Kita akan data dulu," kata Walikota Tangerang Selatan HM Shaleh.

KRONOLOGI KEJADIAN
o Pukul 14:00 – 18:00 Kamis (26/3) hujan deras mengguyur sekitar lokasi

o Pukul 19:00 air mulai naik memenuhi situ

o Menjelang malam, debet melimpasi tanggul

o Pukul 00:00 tanggul mulai tergerus dan retak

o Pukul 03:00 tanggul jebol, jembatan penahan ambrol. Sekitar satu juta meter kubik air bah dari Situ Gintung menerjang ratusan bangunan yang ada di bawahnya.

No comments:

Archives