Demokrat: Cawapres 'Pede', Menyulitkan

 clipped from inilah.com
Demokrat: Cawapres 'Pede', Menyulitkan

INILAH.COM, Jakarta - Ketua DPP Partai Demokrat, Darwin Zahedy Saleh, berpendapat calon wakil presiden (cawapres) dengan posisi tawar yang terlalu tinggi justru akan menjadi kendala tersendiri bagi presiden terpilih dalam menentukan langkah di pemerintahan.

Menurut dia, harus diwaspadai apabila cawapres menempati posisi yang dominan, sebab jika hal itu terjadi, maka justru akan mempersulit posisi presiden terpilih dengan hak prerogatifnya untuk memilih posisi menteri-menterinya yang paling mampu dan bertanggung jawab dalam menjalankan pemerintahan.

Saat ini kesibukan calon presiden untuk mencari pasangannya sebagai calon wakil presiden sudah mulai terlihat dengan mulai digagasnya berbagai pertemuan antartokoh partai politik serta melalui jajak pendapat lembaga-lembaga riset.

"Jika cawapresnya dengan bargainingnya yang terlalu berlebih dan dominan, maka itu justru akan menjadi kendala presiden terpilih dalam menentukan langkah di pemerintahannya," kata Darwin.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa posisi calon wakil presiden itu seharusnya melengkapi calon presiden dan yang pasti pula posisi calon wakil presiden harus mampu menaikkan citra capres yang diusung parpol.

"Cawapres harus mampu memperbesar hasil polling capres dan tidak malah menurunkan hasil polling," kata Darwin.

Selain itu, cawapres tersebut juga harus berkompeten, memiliki rekam jejak yang baik dan bagus bagi perkembangan bangsa Indonesia tidak saja untuk saat ini, tapi juga periode-periode selanjutnya.

Mengenai partai politik yang mulai gencar mencari figur capres/cawapres, Darwin mengatakan bahwa hal itu masih dapat difahami, khususnya bagi parpol yang hasil pollingnya relatif anjlok maka proses pasang memasang capres/cawapres menjadi bagian integral yang seolah-olah untuk mempercantik parpol mereka.

"Mengutip gagasan besar The Governing Dynamic katya John Nash, Professor Princeton University yang dianugerahi Nobel, jika ada 3-5 gadis menarik dan pemuda-pemuda hanya mendekati satu-satunya gadis yang tercantik, maka gadis-gadis lainnya akan gusar dan gadis tercantik harganya pun melonjak," katanya.

Hasil akhir dari kompetisi itu pun, ia menambahkan, menjadi tidak lagi sehat dan tidak maksimal untuk sistem secara keseluruhan. [*/P1]

Sent with Clipmarks

No comments:

Archives