Kompromi Politik SBY-Ical


Tergusurnya Sri Mulyani dari kabinet memuluskan kompromi politik SBY-Ical (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Aburizal Bakrie). Menurut bisik-bisik peserta, sebelum pertemuan dengan seluruh partai koalisi, terjadi pertemuan empat mata Presiden SBY-Ical di ruangan sebelah. Singkat cerita, pada awal pertemuan itu, SBY menyampaikan pembentukan Sekretariat Gabungan (Setgab) Partai Koalisi. Ketuanya SBY, dan Ical ditunjuk menjadi ketua harian.

Dalam rapat itu, menurut sumber Gatra, tidak ada permintaan persetujuan hadirin. "Semua sudah disepakati SBY dan Ical. Yang lain tinggal terima jadi," kata sumber Gatra. Hatta Rajasa yang sebelumnya jadi Ketua Tim Kampanye SBY-Boediono, menurut sumber Gatra, terlihat murung. Kepalan tangan kanannya kerap menempel di bibir.

Beberapa partai koalisi, masih kata sumber Gatra itu, sebenarnya galau atas penunjukan Ical pada tempat lebih istimewa di atas partai lain. Pasalnya, Golkar tidak ikut berkeringat memenangkan SBY dalam pemilu presiden lalu. Golkar bergabung pasca-pemilu.

Terlebih, dalam banyak kesempatan, elite Golkar kerap sesumbar: tidak akan berkoalisi dengan Demokrat, seperti lima partai koalisi yang lain. Tetapi Golkar berkoalisi langsung dengan Presiden SBY. Alasan kedua, dalam Pansus Century, sikap Golkar berseberangan dengan Demokrat, turut menghabisi pemerintah bersama oposisi: PDI Perjuangan, Hanura, dan Gerindra.

Penunjukan Ical itu dinilai tidak mencerminkan koalisi yang "meritokratif": ada reward pada partai yang setia dan punishment pada partai yang nakal. Posisi itu juga dikhawatirkan memberi akses lebih pada Ical untuk mengeruk keuntungan politik-ekonomi.

Karena itu, di kalangan partai koalisi sempat beredar opsi agar ketua harian ditempati politikus Demokrat saja. Opsi kedua, tanpa ketua harian, dan SBY-lah yang memegang kendali koalisi. Sedangkan posisi semua ketua umum partai setara. Tapi kegelisahan itu hanya bergumam jadi unek-unek. Pernyataan resmi sejumlah elite partai mengungkapkan, penunjukan Ical itu telah disetujui semua ketua umum partai koalisi.

Sekongkol elite ini dikhawatirkan memetieskan skandal Century dan pajak yang bikin panas-dingin lingkaran dalam SBY dan Ical. Namun Sekjen Golkar, Idrus Marham, yang mantan Ketua Pansus Century, menyebut kebijakan Golkar tentang Century belum berubah. "Tidak ada kebijakan yang tidak sepengetahuan sekjen," katanya. "Saya yakin, Priyo tidak sungguh-sungguh mengatakan itu."

Idrus membantah anggapan bahwa keterlibatan Golkar dalam penguatan koalisi itu adalah buntut mundurnya Ani. "Terlalu kecil koalisi ini hanya mengurusi Sri Mulyani,'' ujarnya.

Dipilihnya Ical sebagai ketua harian itu dianggap wajar. Sebab ketua umum partai lain --PPP, PAN, dan PKB-- sudah masuk kabinet. Tinggal Golkar dan PKS yang tidak sibuk di kabinet. Priyo menambahkan pertimbangan: Golkar peraih suara kedua dan Ical politikus paling senior.

Pernyataan Ical di markas Golkar, Minggu lalu, pada saat ditemui Gatra, mirip pernyataan awal Priyo bahwa proses politik kasus Century dianggap cukup, tapi proses hukumnya didorong terus. "Proses politik itu sudah selesai, apa lagi?" kata Ical. "Tidak perlu hak menyatakan pendapat. Cukup dengan tim pengawas, semua rekomendasi Pansus Century diselesaikanlah."

Soal anggapan mundurnya Ani sebagai kemenangan Golkar, Ical berkomentar, "Aneh. Itu orang-orang yang sinis saja. Penempatan Sri Mulyani itu bagus." Ical mengakui intensitas komunikasi politiknya dengan SBY. "Ya, intens. Kami partai koalisi, ya, tentu kami mesti intens," katanya.


Asrori S. Karni, Anthony Djafar, Sandika Prihatnala, dan Sukmono Fajar Turido
[Laporan Utama, Gatra Nomor 27 Beredar Kamis, 13 Mei 2010]

1 comment:

camera said...

hari gni ngomongin tentang polotik malah bikin tambah pusing...
terserah sama wakil rakyat yang duduk di DPR aja lah...

Archives