Sanksi Ruhut Diputuskan Malam Ini

Tim Sukses SBY-Boediono Singgung Isu SARA

Gara-gara komentarnya menyinggung salah satu etnis, anggota Tim 9 Partai Demokrat Ruhut Sitompoel terancam dipecat.

Malam ini Badan Kehormatan (BK) Partai berlogo Mercy akan menggelar rapat khusus untuk menentukan nasibnya. Blunder yang dilakukan Ketua DPP Bidang Hukum dan Ham ini terjadi saat dirinya menjadi pembicara diskusi di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pekan lalu.

Dalam debat tersebut, Ruhut menyerang tim sukses JK-Wiranto Fuad Bawazier—yang keturunan Arab--dengan mengatakan Arab tak pernah membantu Indonesia. Ucapan Ruhut yang berbau SARA tersebut dianggap merugikan pencitraan SBY-Boediono yang selalu menggembor-gemborkan politik beretika dan santun.

"Saya sudah menegur Ruhut dan dia pun mau untuk secara legowo dan dari hati paling dalam memohon maaf pada semua pihak, mengenai pemecatan malam ini (BK) akan menggelara rapat tertutup," ujar Ketua Umum PD Hadi Utomo.

Permintaan maaf Ruhut disampaikan di Kantor DPP PD, Jalan Pemuda, Jakarta, Senin (1/6/2009). Ketum DPP PD Hadi Utomo dan Ketua FD-DPR, Syarif Hasan hadir mendampinginya dalam kesempatan petang ini.

Menurutnya, dalam acara dialog yang melibatkan ketiga tim capres tersebut terjadi perdebatan cukup tajam. Saat itu, katanya, karena diserang habis-habisan terpaksa membela diri.

''Mungkin karena pada dasarnya dibesarkan di Betawi jadi ada salah-salah kate (kata, red), sehingga ada salah satu etnis yang tersebutkan.Saya memohon maaf atas kejadian itu. Kita berharap supaya tetap mendukung pasangan yang sudah kita dukung SBY-Boediono. Dari lubuk hati paling dalam saya mohon dimaafkan," kata Ruhut.

Usai menyampaikan permohonannya, Ruhut langsung meninggalkan lokasi. Alasannya ada agenda lain yang sudah menunggu. Sesi perminaan maaf resmi itu pun lalu dilanjutkan Ketum DPP PD Hadi Utomo dan Ketua FD-DPR, Syarif Hasan.

"Karena Ruhut kader PD, tentunya kami juga mohon maaf kepada saudara-saudara dan sahabat yang merasa tersinggung. Semoga ke depan nanti akan lebih baik lagi," ujar Syarif.

No comments:

Archives