FIGUR KEPEMIMPINAN = HASIL PEMILU LEGISLATIF 2009

FIGUR KEPEMIMPINAN = HASIL PEMILU LEGISLATIF 2009

 

Pada Pemilu 2009 ini banyak terjadi perubahan perolehan suara dibandingkan dengan Pemilu 2004.

 

Demikian hasil perolehan suara sementara 15 Partai terbesar pada beberapa lembaga survey yang aku dapatkan sampai tadi pagi (10 April 2009)

 

  1. Partai Demokrat  20,4%
  2. PDIP 14,4%
  3. Golkar  14%
  4. PKS   7,8%
  5. PAN   5,7%
  6. PKB   5,1%
  7. PPP   5,3%
  8. GERINDRA   4,6%
  9. HANURA   3,8%
  10. PBB   1,7%
  11. PKNU 1,4%
  12. PKPB   1,6%
  13. PDS   1,3%
  14. PBR   1,7%
  15. PPRN   1,2%

 

Apakah Arti dari perolehan suara tersebut??

 

  1. Masih ada 29 partai lainnya yang tidak mampu memperoleh 1% suara.

 

  1. Rakyat tidak suka system Multi Partai, yang akhirnya hanya membuat Pemilu 2009 memusingkan kepala rakyat dengan lembaran kertas suara segede GABAN.

 

  1. Dari peringkat10-15 yang tercantum di atas pun, tidak berhak menduduki kursi DPR. Karena peraturan Pemilu 2009 menyatakan bahwa Partai yang tidak mampu memperoleh 2,5% suara, tidak akan diikut sertakan lagi dalam penghitungan perolehan kursi di DPR.

 

  1. Berakhir sudah "Mimpi" yang kelewat tinggi untuk para caleg dari Partai yang "tidak jelas", karena rakyat sudah menjatuhkan pilihannya.

 

  1. Selamat datang di "Rumah Sakit Jiwa" untuk para Caleg yang stress dan terganggu jiwanya akibat gagal ke DPR.

 

Perlu diingat, bahwa beberapa Partai besar seperti PDIP, Golkar, PKB dan PPP mengalami penurunan jumlah perolehan suara kalau dibandingkan dengan Pemilu 2004.

Walau ini adalah Pemilu Caleg, akan tetapi tindak tanduk / Manuver Pimpinan Partainya, bisa saja membuat pengaruh terhadap perolehan jumlah suara. Karena Rakyat masih selalu melihat figure seseorang dalam memilih.

 

Mari kita bahas satu persatu penyebab penurunan suara terhadap PDIP, Golkar, PKB dan PPP.

 

 

PDIP

Pada Pemilu 2004 mampu memperoleh 18,53%, tapi di 2009 ini hanya mampu memperoleh 14,4%.

Artinya: Kepercayaan rakyat terhadap PDIP menurun sebanyak 4,13%

 

Analisa Penyebabnya:

 

  1. Sifat kurang negarawan pimpinan partainya, Ibu Megawati yang selalu menjelekan Partainya Presiden SBY, Partai Demokrat, telah membuat rakyat tidak menyukainya sekaligus partainya. Karena saat Megawati memimpin dahulu pun begitu banyak kesalahan yang telah melukai hati rakyat, bahkan SBY tidak mempermasalahkan segala kesalahan Megawati tersebut.

 

  1. Mungkin saja program Facebook "SAY NO TO MEGAWATI" yang telah menyebabkan penurunan perolehan suara. Tapi itu hanyalah faktor "Akibat", bukannya faktor "Sebab".

 

  1. PDIP yang selalu menjual "SEMBAKO MURAH" ini, salah perhitungan, karena rakyat mungkin saja sudah mampu beli sembako. Hehehe. Atau mungkin saja rakyat takut dibohongi lagi, karena waktu Megawati jadi Presiden, sembako gak murah-murah banget dan rakyat masih juga sengsara, serta pemberantasan korupsi yang sangat lemah.

 

  1. Skenario "Penggembosan" (bahasa politiknya) pemerintahan SBY telah menjadi senjata makan tuan, yang membuat rakyat semakin "muak" dengan Megawati, meskipun rakyat belum tentu mendukung SBY.

 

  1. "Penggembosan" yang dilakukan PDIP, lebih mengarah kepada individual SBY, bukan kepada kinerja keseluruhan pemerintahan SBY yang berkoalisi dengan banyak partai lainnya. Kalau dengan Golkar, Megawati pun melemahkan suaranya. Inskonsistensi inilah yang membuat rakyat "muak" dengan segala manuver Megawati.

 

 

Golkar

Pada Pemilu 2004 mampu menjadi Partai pemenang pemilu dengan memperoleh 21,57%, tapi ditahun 2009 hanya memperoleh 14% saja.

Artinya: Kepercayaan rakyat menurun terhadap Golkar sebesar 7,57%.

 

Analisa Penyebabnya:

 

  1. Golkar melakukan "Blunder Politik" yang telah melukai hati rakyat. Apa blundernya?? Saat bulan Januari 2009, manuver "Ngambek" nya Golkar dengan perkataan salah seorang anggota Partai Demokrat, telah menjadikan JK semangat untuk jadi Capres. Rakyat melihat sikap JK sebagai perlakuan "Anak Kecil". Karena walaupun sudah diklarifikasi oleh SBY, masih saja "Ngambek".

 

  1.  Blunder politik kedua adalah, Golkar menyatakan berkoalisi dengan PDIP, yang sudah saya jelaskan di atas, pimpinannya tidak berkenan dihati rakyat, sehingga dimata rakyat, JK berkoalisi dengan Partai yang suka menjelek-jelekan partai pemerintah, akan tetapi JK masih berada satu perahu dengan pemerintahan yang dijelek-jelekan oleh PDIP tersebut.

 

  1. Koalisi yang buruk tersebut, PDIP-Golkar ditambah lagi dengan manuver PPP yang bermaksud membuat koalisi segi tiga emas, antara PDIP-Golkar-PPP, seperti jaman Orde Baru dahulu. Ketidak mampuan Partai di jaman orde baru, telah membuat rakyat mencibir. Karena saat itu, ketiga Partai tersebut, tidak mampu "mengendalikan" Soeharto, dan yang terjadi malah sebaliknya.

 

  1. Konon, dari dalam Partai Golkar sendiri, sudah banyak kubu yang akan menggulingkan JK apabila hasil Pemilu Legislatif 2009 tidak sesuai harapan. JK akan dianggap gagal membawa perubahan yang lebih baik dari Pemilu 2004. Banyak kubu di dalam Golkar, membuat partai tersebut tidaklah sesolid di 2004. Banyak media sudah merekam, antara kubu JK dengan kubu Surya Paloh, sering bersebrangan kata-kata di setiap kampanye. Pada pemilu 2004, sebenarnya calon utama partai Golkar adalah Wiranto. JK adalah "anak hilang" yang mencapai tepi pantai dengan perahu lainnya. Sehingga kubu yang mendukung JK sebenarnya tidaklah besar saat itu. Kalau JK didukung, mengapa pula saat itu yang diusung-usung jadi kandidat Presiden adalah Wiranto?

 

 

PKB

Partai yang identik dengan "GUSDUR" ini, di pemilu 2004 mampu memperoleh suara sebesar 10,57%, tapi di Pemilu 2009 hanya memperoleh 5,1%.

Artinya : Kepercayaan rakyat menurun terhadap PKB sebesar 5,47%.

 

Analisa penyebabnya :

 

  1. Perpecahan PKB, antara kubu Muhaimin Iskandar dengan kubu Gusdur yang dibelakangnya "terselip" Yenny Wahid, anaknya, telah membuat warga NU, sebagai pendukung utama PKB, menjadi pecah berkeping-keping. Rakyat membuat penilaian, kalau mengurus partai saja tidak mampu, bagaimana mengurus Negara??

 

  1. Figur Cak Imin atau Muhaimin Iskandar, belumlah mampu mempersatukan warga NU yang selalu bertindak berdasarkan pengaruh Kyai-kyai yang bersatu padu di NU, seperti untuk mengusung Gusdur pada Pemilu 2004.

 

  1. Perpecahan ditambah lagi dengan sikap Ketua PBNU, Hasyim Muzadi, yang terlihat tidak membela Gusdur. Artinya kekisruhan di internal partai telah berubah menjadi kehancuran di dalam NU itu sendiri.

 

  1. Kehilangan figur kepemimpinan, telah membuat massa partai yang berbasis terbesar di Jawa Timur seperti anak ayam kehilangan induknya dan siap digiring ke tempat induk barunya. Suara massa NU / PKB menjadi pecah dan mencari tempat singgah yang lebih nyaman dan tentram. Analisa saya, suara massa NU / PKB paling banyak "kabur" ke Partai Demokrat, Gerindra (dengan adanya Yenny Wahid menjadi Juru Kampanye Nasionalnya), atau Hanura. Karena ketiga partai tersebutlah yang memiliki figure kepemimpinan kharismatik (mungkin karena berasal dari Militer) seperti yang selalu jadi andalan dan dicari oleh warga NU / PKB dari figur Gusdur.

 

  1. Sikap Gusdur yang menyatakan secara langsung bahwa dirinya akan golput, bisa jadi telah membuat massa NU / PKB yang pendukungnya Gusdur telah terpukul dan melakukan dua sikap. Pertama, bisa ikut-ikutan Gusdur untuk Golput. Yang kedua, memilih partai lainnya.

 

 

PPP

Partai PPP pada Pemilu 2004 mampu memperoleh suara 8,15%, tapi di Pemilu 2009 ini hanya memperoleh 5,3%.

Artinya : Kepercayaan rakyat terhadap PPP telah menurun sebesar 2,85%.

 

Analisa Penyebabnya:

 

  1. PPP tidak mempunyai figure ketokohan yang kuat, seperti masa Hamzah Haz di 2004. Dengan Surya Dharma Ali sebagai nahkodanya, telah membuat PPP "melempem" dan dicap sebagai Partai "Pengekor" Demokrat.

 

  1. PPP telah ,melakukan "Blunder Politik" dengan melakukan manuver Koalisi dengan PDIP, yang akhirnya menjadi koalisi "Segi Tiga Emas" antara PDIP-Golkar-PPP untuk mengenang masa orde baru dahulu. Koalisi PPP dengan PDIP yang saat itu sudah "dicap" tidak berkenan dihati rakyat, akhirnya membuat PPP kehilangan "muka", karena PPP kembali akan menjadi pengekor PDIP dan Golkar.

 

  1. PPP tidak konsisten dengan koalisi saat ini dengan Partai Demokrat dan berada didalam pemerintahan SBY, akan tetapi berkoalisi dengan oposisi pemerintah yaitu PDIP, yang selalu menjelek-jelekan pemerintah, dimana PPP turut andil di dalamnya.

 

  1. Dikalangan Islam Fundamentalis, PPP memang sudah "hilang" dari hati mereka sejak jaman Hamzah Haz menjadi Wapres di bawah Pemerintahan Megawati. Karena bagi kaum Islam Fundamentalis, "Haram" hukumnya bila dipimpin oleh Wanita.

 

 

Kemanakah suara yang hilang dari 4 partai (PDIP, Golkar, PKB dan PPP) di atas??

Total kehilangan suara 4 partai tersebut adalah 20,02%.

 

Matematika penghitungan suaranya adalah:

 

  1. PAN dan PKS tidak menunjukan perubahan atau tetap. Artinya tidak lebih baik dan tidak lebih buruk dibandingkan perolehan Pemilu 2004.

 

  1. Partai Demokrat menunjukan perubahan perolehan suara terbesar bila dibandingkan dengan Pemilu 2004. Saat Pemilu 2004, Partai Demokrat mencapai 7,45%, tetapi di Pemilu 2009 ini, mampu memperoleh 20,4%. Total kenaikannya menjadi sebesar 12,95%.

 

  1. Pencapaian suara di Pemilu 2009 dari dua partai baru, yakni Gerindra dan Hanura, telah "menyumbang" penyusutan suara pada 4 partai (PDIP, Golkar, PKB dan PPP). Gerindra memperoleh 4,6%, sementara Hanura memperoleh 3,8%.

 

Total penggabungan suara Partai Demokrat, Gerindra dan Hanura adalah 21,35%

Sehingga terjawablah sudah, kemanakah suara yang hilang tersebut.

 

Abracadabra, Rakyat Kuasa.

 

Thanx.

Repoter (orang yang selalu repot) Nyamuk melaporkan untuk Multiply.


------------------------------------

Notes :

Hari Gini, ternyata NYAMUK pun bisa bicara.

Enak mana MUK darah Politisi sama Rakyat JElata?

:)

No comments:

Archives