Adakah Kans Mega 'Kalahkan' SBY?

17/04/09 21:44
Ahluwalia
SBY-Megawati
[inilah.com/ Raya Abdullah]

INILAH.COM, Jakarta - Megawati Soekarnoputri dipastikan kalah bila kembali berduel dengan pasangan SBY-JK di Pilpres, Juli nanti. Daripada mengulangi kekalahan Pilpres 2004, PDIP tak perlu memaksakan Mega maju sebagai capres. Selain akan menguras logistik, Mega juga bakal keok dan dipermalukan oleh kubu SBY-JK.

"Megawati bisa mengajukan Rizal Ramli (RR) atau Sultan untuk berduet dengan Prabowo melawan SBY-JK," kata Al Chaidar. Pengamat politik ini bahkan melihat kelompok parpol kecil dari sayap Islam dan nasionalis yang belasan jumlahnya – dengan perolehan suara masing-masing 0,5% sampai 1,5% - bisa digandeng oleh RR melalui Blok Perubahan untuk berkoalisi sekalian.

Mengenai kemungkinan peluang Blok Perubahan Rizal Ramli-Prabowo, Indonesianis dari Northwestern University, AS, Prof Jeffrey Winters, berpendapat Prabowo dan aliansi politiknya sebaiknya berkoalisi dengan Blok Perubahan Rizal Ramli, agar bisa menandingi keperkasaan Partai Demokrat dengan ikon politiknya, SBY.

"Dengan meraih 4-5% kursi parlemen, Prabowo masih punya kans untuk maju sebagai capres dengan membangun koalisi dengan Blok Perubahan pimpinan Rizal Ramli yang meraih 10-18% suara" kata doktor lulusan Yale University, AS, itu.

Dengan suara sekitar 10-18%, Blok Perubahan bisa diajukan oleh Megawati-Taufik Kiemas untuk berduet dengan Prabowo melawan SBY-JK. Itu jika Mega tak keberatan, sebab bisa pula Sultan yang diajukan meski tokoh masyarakat Yogyakarta ini diprediksi tak bisa berdebat melawan SBY dan tak memiliki cukup logistik pula.

Apalagi Rizal Ramli. Ia adalah satu-satunya kandidat dari non-Orde Baru yang paling menonjol, meski ia tak punya kendaraan politik yang baik. Para pejabat di Gedung Putih menyatakan, satu-satunya calon non-Orde Baru dalam Pilpres 2009 ini adalah Rizal Ramli yang sangat mungkin dijagokan Megawati berduet dengan Prabowo untuk melawan SBY-JK. Dalam soal logistik, jika RR diajukan oleh Mega-Taufik Kiemas untuk berduet dengan Prabowo, maka tak jadi masalah.

Duet itu akan jadi lawan politik SBY-JK yang relatif seimbang. Jika dalam debat televisi terjadi duel antara Rizal Ramli versus SBY, maka RR diprediksi bakal unggul dan merebut swing voters yang besar, karena sebagai teknokrat dan mantan Menko Ekuin, RR menguasai sekali ekonomi-politik Indonesia di era globalisasi. "Ia merupakan capres alternatif yang menjanjikan," kata Winters.

Ahli Indonesia dan Asia Tenggara itu menyatakan, guna meraih 25% suara rakyat, maka koalisi Blok Perubahan RR dan Prabowo merupakan suatu alternatif untuk menghadapi SBY dan koalisinya. Bisa juga Prabowo, Blok Perubahan, dan PDIP berkoalisi, karena Megawati sangat mungkin tidak maju sebagai capres lagi. "Semua itu bisa terjadi," katanya.

Dalam kaitan ini, menjadi pertanyaan penting: siapa yang mau menjadi bandar logistik bagi Megawati, bila Ketua Umum PDIP itu tetap dipaksa maju menjadi capres? Jelas tak ada bandar yang mau merugi. Di PDIP sejumlah pengusaha dan profesional sudah hengkang, antara lain Arifin Panigoro dan Laksamana Sukardi.

"Kasihan jika Megawati dipaksa berduel dengan SBY, karena pasti kalah lagi. Kalaupun ada tiga calon, dan Mega lolos pada putaran kedua untuk hadapi SBY, mudah ditebak Mega bakal kalah lagi. Mega bukan lawan SBY, karena itu PDIP harus realistis. Kedua, ada kesan bahwa PDIP kesulitan logistik dan belum ada bandar yang mau bertaruh untuk Mega," kata Umar S Bakry MA, direktur LSN dan pengamat politik.

Jika skenario Megawati "mundur" dari capres jadi berjalan, analis politik senior LIPI Ikrar Nusa Bhakti berpendapat, simpatisan Moncong Putih dapat saja mengalihkan. Namun, hal itu harus langsung diinstruksikan oleh Megawati.

"Loyalitas pemilih PDIP itu cukup kuat. Mereka tidak akan pilih SBY. Asal Mega yang langsung mengintruksikan pemilihnya untuk memilih calonnya pada pilpres, maka pemilih Mega tidak akan ke mana-mana," kata pria yang kini menyandang gelar profesor riset bidang intermestic affairs ini. [P1]

No comments:

Archives