30 Tamu Presiden Kelaparan Dua Hari

Makan Sekali Sehari Ditampung Ketua RT

Kramatjati, Warta Kota
Wartakota Hari Ini
SEBANYAK 30 penari asal NTT yang tampil di Istana Presiden pada
perayaan HUT ke-63 RI telantar dan tak bisa pulang ke daerahnya. Mereka
sempat kelaparan karena ditinggal pergi oleh ketua panitia dan pimpinan
kelompok.


Beruntung, ada yang menolong para penari yang semuanya merupakan siswa
SMA di Kabupaten Lembata, NTT, tersebut. Hingga Kamis (21/8), ke-30
penari itu ditampung di rumah Dominik Walleng dan Suparman, warga dan
Ketua RT 10/04 Kelurahan Kramatjati, Jakarta Timur.

”Rabu
pagi Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lembata, Martin
Didi Lejak, sebagai manajer keuangan, dan Madjid Lamahoda, pimpinan
kelompok, tanpa sepengetahuan anak-anak pergi dari tempat penginapan.
Mereka tidak bertanggung jawab, bahkan mereka membawa sisa uang
penginapan,” ucap Dominik Walleng di rumahnya, Kamis sore.


Para penari itu tiba di Jakarta pada 16 Agustus lalu dan menginap di
Graha Wisata Remaja TMII, Jakarta Timur. Mereka merupakan utusan
Provinsi NTT untuk mengisi acara pada perayaan 17 Agustus di istana.
Keberangkatan mereka ke Jakarta dibiayai pemerintah daerah asal.


”Menurut anak-anak tersebut, sesuai rencana mereka menginap di Jakarta
selama 10 hari dari tanggal 16 Agustus. Nyatanya mereka cuma menginap
sampai Rabu lalu atau cuma selama empat hari. Nah, sisa uang penginapan
ke mana?” ucap Dominik yang berasal dari NTT.




”Dari NTT setiap anak mendapat uang saku Rp 1 juta untuk 10 hari. Kami
nggak tahu apakah dari panitia di Jakarta kami juga dapat uang saku.
Yang kami dengar, kami dapat uang saku, tapi sampai sekarang kami tidak
terima. Uang Rp 1 juta dari NTT itu sudah habis. Seharusnya makan dan
tempat penginapan kami di Jakarta ditangggung, tapi pengurusnya kabur.
Kami jadi telantar,” ucap seorang penari.


Menurut Dominik, ke-30 penari yang tampil menawan di hadapan Presiden
dan pejabat negara itu sempat terlunta-lunta. Mereka juga kelaparan
karena uang sakunya habis. Selama dua hari terakhir, para remaja itu
makan sekali dalam sehari, yakni hanya pada waktu pagi. ”Kami dibantu
oleh ketua RT, tapi kemampuan Pak RT kan terbatas,” tuturnya.


Dominik mengaku sangat prihatin dengan kejadian yang dialami para
penari tersebut. ”Kok tega-teganya ya... seharusnya anak-anak ini
dibiayai, bukan ditelantarkan seperti ini,” ucapnya. Sejauh ini, kata
Dominik, dirinya sudah menghubungi Pemprov NTT dan DPRD NTT untuk
membantu kepulangan ke-30 penari tersebut.

Sementara itu
jurubicara kepresidenan Andi Mallarangeng yang akan dimintai
konfirmasinya tadi malam, tidak bisa dihubungi. Handphone-nya aktif
tetapi tidak diangkat.

Ketua RT 10/04 Kelurahan Kramatjati,
Suparman, membenarkan kejadian yang dialami para penari asal NTT. ”Kami
menolong karena kasihan melihat mereka. Kebetulan ada ruangan di rumah
saya yang cukup besar, ya akhirnya dipakai buat anak-anak itu,”
katanya.

Para penari asal NTT ini tergabung dalam Sanggar
Cipta. Rombongan tersebut terdiri atas 25 penari dan lima pendamping.
Saat perayaan 17 Agustus di istana, mereka membawakan tarian Baleo,
tarian yang mengisahkan tentang warga dengan perahu paledang, perahu
khas NTT, yang berusaha menangkap ikan paus. Tarian Baleo, kata
Dominik, merupakan tarian tradisional NTT yang sudah ada sejak tahun
1600. Tarian ini sudah membudaya dan turun-temurun dilestarikan
masyarakat NTT. (ded)

No comments:

Archives