Tommy Coba Rebut 'Keramat Cendana'

INILAH.COM



INILAH.COM, Jakarta - Meski awalnya terkesan gamang, putra bungsu Pak Harto, Hutomo Mandala Putera akhirnya berani berlaga di Munas awal Oktober 2009. Praktis modal politik Tommy di injury time ini tak lebih dari menjajal 'keramat Cendana' yang pernah dibesarkan sang ayah.

Saat pertama kali Tommy menyampaikan niatnya untuk memperebutkan kursi ketua umum Partai Golkar, banyak publik terkejut. Betapa tidak? Jika dibandingkan dengan saudara-saudaranya dalam keluarga Cendana, jejak rekam Tommy di dunia politik praktis paling minim. Bahkan paradoksal dengan kiprah kakak sulungnya, Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut.

Reaksi publik yang beragam sepertinya memang yang dicari Tommy. Setidaknya untuk 'test pasar' politik di internal Partai Golkar. Kini, Tommy memiliki referensi peta, siapa yang bereaksi positif dan siapa pula yang negatif terhadap niatnya bertarung di Munas Golkar. Lebih dari itu, rumor bahwa dirinya bergabung dengan kubu Aburizal Bakrie juga menjadi referensi politik yang penting bagi dirinya.

Manuver tersebut sepertinya memang didesain oleh Tommy dan timnya untuk memastikan deklarasinya sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Kurang dari sebulan pelaksanaan Munas Partai Golkar, Tommy pun mendeklarasikan pencalonannya.

"Maka dengan mengucap bismillah hirahman nirohim dan atas restu para sesepuh serta permintaan dan dukungan dari daerah-daerah, maka saya Hutomo Mandala Putra, dengan ini mendeklarasikan pencalonan diri sebagai ketua umum Partai Golkar periode 2009-2014," kata Tommy dalam jumpa pers di Gedung Granadi, Jakarta, Kamis (10/9).

Kehadiran Tommy bukan tanpa konsep dan gagasan dalam membesarkan Golkar. Tommy memperkenalkan Tri Karya. Pertama, Partai Golkar harus menjadi partai yang independen, mandiri, dan dinamis.

Kedua, Partai Golkar harus dijadikan kendaraan politik rakyat untuk mewujudkan harapannya. Serta ketiga, Partai Golkar harus mewujudkan wajib belajar 12 tahun secara gratis untuk sekolah negeri dan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Yuddy Chrisnandi yang juga kandidat Ketua Umum Partai Golkar. Ia mengklaim, dirinya dan Tommy memiliki potensi yang sama dalam pencalonan nanti. "Saat ini majunya saya dan Mas Tommy bisa paralel. Jadi 100% yang disampaikan Mas Tommy, 100% sama dengan visi misi saya," kata Yuddy.

Jauh-jauh hari sebelumnya, Yuddy telah terlibat pembicaraan dengan Tommy dan Tutut terkait pencalonan dirinya. Meski Yuddy menyampaikan hal yang normatif atas pertemuan dirinya dengan keluarga Cendana, sulit menepis dimensi politis dari pertemuan tersebut.

Spekulasi pun langsung merebak. Kedekatan Yuddy dengan Tommy dan keluarga Cendana tak lebih sebagai upaya pencarian 'suaka dana' kepada Cendana. Skenarionya, bisa saja Yuddy menjadi second line Tommy, atau sebaliknya. Setidaknya, dengan kedekatan dengan keluarga Cendana, posisi tawar Yuddy yang selama ini rendah di mata DPD Partai Golkar, akan meningkat.

Merespons deklarasi Tommy Soeharto, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid menilai, meski terkesan terlambat, pencalonan Tommy sebagai ketua umum Partai Golkar punya peluang yang menjanjikan. "Peluang masih ada, dengan catatan digarap secara serius," cetusnya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (10/9).

Meski demikian dari survey yang digelar Puskaptis, Tommy menjadi urutan ketiga sebagai kandidat Ketua Umum Partai Golkar terfavorit setelah Aburizal Bakrie dan Surya Paloh. "Ical lebih disukai memimpin Golkar sehingga dipilih 53,05% responden, Paloh 29,77 %, Tommy 9,16 %, Yuddy Chrisnandi 6,11%, Ferry Mursyidan Baldan 1,15%," paparnya.

Husin menegaskan, apa pun hasil pemilihan di Munas mendatang, Tommy harus masuk dalam kepengurusan partai. Dengan masuk dalam sistem kepartaian, Husin menegaskan, hal itu akan memudahkan Tommy untuk membuka jalan dalam karir politiknya. "Ini akan membuka jalan politik Tommy pada Pemilu 2014," cetusnya.

Kehadiran Tommy sebagai 'anak bawang' dalam pentas politik jelas merupakan langkah yang mengejutkan bagi masyarakat politik. Namun langkah itu sekaligus menjadi tantangan atas nama besar keluarga Cendana, khususnya di Partai Golkar yang pernah dibesarkan oleh mendiang mantan Presiden Soeharto. [P1]

No comments:

Archives