Merekam Rahasia Negara

ROSO DARAS

Subagyo PR

Bung Karno dan Darmo Sugondo. Darmo Sugondo dan Subagyo Pr. Nah, apa keterkaitan mereka? Ini berkait erat dengan peristiwa “sowan” saya ke senior Subagyo Pr, Senin, 14 September 2009 di lantai dua, gedung Suara Pembaruan, Jl. Dewi Sartika, Jakarta Timur.
Kembali ke deretan nama di atas. Alkisah, Bung Karno memiliki sejumlah wartawan yang dekat dengannya. Saking dekatnya, tidak jarang seorang wartawan merasa sebagai “wartawan kesayangan” Bung Karno. Nah, ihwal kedekatan Bung Karno dengan Darmo Sugondo, nyaris tak ada yang bisa menyangkal. Semua wartawan senior yang tahu dan hidup pada zamannya, setuju pernyataan itu.
Bahkan, ekstrimnya, Bung Karno tidak akan memulai sebuah acara, kalau Darmo Sugondo belum kelihatan batang hidungnya. Tapi sesungguhnya dapat dimaklumi. Darmo Sugondo adalah penyiar, komentator, sekaligus reporter RRI (Radio Republik Indonesia). Tugas dia, selain melaporkan, menyiarkan, dan meliput kegiatan Presiden, juga membuat pendokumentasian secara audio semua aktivitas kepresidenan.
Itu artinya, tanpa harus ada embel-embel “kesayangan”, Bung Karno memang harus menunggu Darmo Sugondo sebelum memulai acara. Sebab, kalau Bung Karno memulai acara tanpa kehadiran Darmo Sugondo, sudah barang tentu, negara ini tidak akan memiliki dokumentasi rekaman suara Bung Karno dalam berbagai kegiatan kenegaraan.
OK. Lantas, bagaimana kaitan Darmo Sugondo dengan Subagyo Pr? Darmo Sugondo adalah penyiar sekaligus reporter senior RRI, sedangkan Subagyo Pr adalah wartawan junior RRI yang lebih banyak bertugas sebagai asisten Darmo Sugondo. Keduanya sama-sama bertugas meliput di pos Sekretariat Negara, alias meliput kegiatan kepresidenan, baik di dalam maupun luar negeri. Di Jakarta maupun di pelosok negeri.
“Pak Bagyo, ceritakan pengalaman-pengalaman personal bersama Bung Karno. Saya perlu untuk mewarnai konten blog saya…,” begitu saya memohon kepada Subagyo. Jawab dia spontan, “Banyak negatifnya…,” sambil terkekeh. Saya yakinkan, “Bagus itu Pak! Dia kan manusia juga… selain yang positif, pasti banyak negatifnya.” Subagyo lantas terkekeh lagi sambil berkata, “Soal perempuan… he…he…he….”
Kemudian dia seperti teringat sesuatu, lantas berseru, “Oh… ada! Saya sering merekam rahasia negara!” Ia kemudian menuturkan, sebagai asisten Darmo Sugondo, dia yang sering “dipantek” di ruang rapat Istana, merekam kegiatan Presiden Sukarno.  “Jadi, banyak sekali rahasia negara yang saya ketahui, di saat orang-orang kebanyakan belum mengetahui,” ujar Subagyo pula.
Sebagai staf RRI, Subagyo memang memiliki pas khusus, sehingga tidak satu pun orang, pengawal, ajudan, bisa mengusir dia dari ruang rapat Presiden, sekalipun rapat itu benar-benar rapat terutup dan bersifat rahasia. Tugas Subagyo Pr adalah merekam semua yang terungkap dalam ruang rapat tadi, khususnya merekam semua “petunjuk” Bung Karno.
“Itulah kesan yang paling berkesan. Sebab, memang ada banyak wartawan yang bertugas di Istana, tapi tidak ada yang bisa berada di ruang rapat tertutup dan rahasia, plus merekam pula… ha…ha…ha….”
Kesan-kesan yang lain? “Ah, umum saja, seperti yang banyak dirasakan wartawan-wartawan lain yang bertugas di Istana. Bahwa Bung Karno sangat perhatian kepada para wartawan. Setiap jam makan, dia selalu menyempatkan diri mendatangi ruang wartawan dan melakukan obrolan-obrolan ringan. Dalam hal itu, Subagyo Pr memuji Bung Karno sebagai pribadi yang sangat hangat.
Perjalanan karier Subagyo Pr selanjutnya berpijak di tahun 1961. Ia, dalam kapasitas masih menjadi wartawan RRI, bersama-sama H.G. Rorimpandey dan JCT Simorangkir mendirikan suratkabar Sinar Harapan. Rorimpandey sebagai Pemimpin Umum, Subagyo Pr sebagai Pemimpin Redaksi, dan JCT Simorangkir sebagai Wakil Pemimpin Redaksi. (roso daras)

No comments:

Archives