Bumi Hangus Susno Duadji

INILAH.COM - Bumi Hangus Susno Duadji!

Edward Aritonang, yang dikenal stabil menjaga emosi, tiba-tiba meninggi dalam intonasi:"Itu yang kita ingin tahu? Selama 32 tahun beliau membesarkan institusi Polri, kenapa tiba-tiba seperti ini?"

Susno Duadji tiba-tiba menjadi api, berhembus kencang membakar lumbung untuk membunuh satu-dua tikus di dalamnya.

Aritonang baru Irjen. Sementara, Susno Duadji sudah Komjen. Dalam tradisi korps, Aritonang ada beban yunioritas. Tapi, beban psikhologis itu harus dilewati saat institusi Polri sedang terancam oleh krisis kepercayaan.

Susno Duadji benar-benar jadi mengerikan bagi institusi Polri. Apa yang dia lemparkan, satu-dua nama jenderal dengan tambahan penekanan kata "Markus" dan serangkaian fakta pemeriksaan saat dia aktif sebagai Kabareskrim, telah mereduksi institusi Polri.

Ini (mungkin) yang membuat Aritonang bergetar di depan televisi saat menyampaikan imbauan kepada Susno Duadji. "Tidak ada perang antara jenderal. Apa yang disampaikan oleh beliau (Aritonang selalu berusaha tidak menyebut nama Susno secara langsung), tidak betul. Kasus itu sudah selesai saat beliau jadi Kabareskrim,'' kata Aritonang.

Hari ini, rakyat melihat betapa Susno Duadji jadi seperti Hanoman dalam episode perang Babad Ramayana melawan Rahwana: strategi bumi hangus! Tergerusnya orang-orang kecil dan tak berdosa dalam pertarungan dua pemilik kekuatan besar.

Susno jadi bola liar yang memberangus siapa saja, yang hari ini berseragam polisi. Seolah, Susno adalah petarung sendirian, yang mampu memberangus sebuah kelompok besar berseragam coklat. Siapapun polisi di depan polisi Susno adalah lawan.

Miris. Dan, mungkin ini yang membuat orang seperti Aritonang, yang dikenal paling stabil menjaga emosi, begitu bergetar ketika harus menyampaikan pesan hormat seorang yunior kepada senior:"Kalau beliau sudah menyampaikan bahwa untuk menyapu tempat kotor, tidak bisa dipakai sapu kotor, maka marilah kita selesaikan masalah ini. Kami juga di Kepolisian terus berusaha untuk membersihkan institusi ini. Kami harap beliau bisa datang dan membicarakan masalah ini."

Tentu, yang dimaksud Aritonang sangat jelas. Bahwa, institusi Polri, sampai kiamat sekalipun, harus tetap berdiri tegak membela dan mengayomi rakyat. Institusi Polri tidak bisa diinjak-injak, bahkan oleh Jenderal-jenderalnya sendiri.

Institusi Polri harus dijaga dengan etika. Harus dijaga dengan kehormatan. Jika ada satu-dua kotoran, buang saja! Jangan bumi-hangus lumbungnya!

Pak Susno, mungkin perlu juga diingatkan, bahwa belum 40 hari ini, institusi Polri kehilangan beberapa anggotanya, dengan pangkat yang jauh (jauh sekali) di bawah Pak Susno dalam sebuah kontak senjata dengan para teroris di Aceh.

Juga, di banyak tempat, masih banyak sekali polisi, dengan pangkat yang jauh (jauh sekali) dari Jenderal, sedang berjuang untuk menafkahi keluarganya dengan gaji bulanan tak lebih dari enam deret angka rupiah.

Dua kali institusi Polri diuji oleh Susno Duadji. Menyedihkan, jika kemudian persepsi publik terus tereduksi oleh intrik internal, saling gesek antar-angkatan, atau saling telikung antar-pimpinan.

"Ini sudah masalah jenderal. Lebih bijak, Presiden segera turun tangan mengatasi masalah ini,'' kata Johnson Panjaitan, aktivis hukum yang berdebat dengan Edward Aritonang, yang Irjen, beberapa saat setelah jumpa pers Mabes Polri tentang langkah zig-zag Susno Duadji, Jumat (19/3).[*]

No comments:

Archives